"Kembali pada dua memori yang hilang terhapus ombak pantai"
#
Suara deru ombak semakin kencang, angin silih berganti menerpa rambut Hera yang tidak begitu tebal. Gadis itu mengusap lengannya dan melirik pria di sampingnya.
"Pekerjaan apa hingga membuatmu terluka seperti ini?"
Mu Jin menyentuh perutnya. Ia melepas pandangan ke arah jalan gang yang gelap.
"Kenapa? Kau takut aku seorang penjahat?"
Hera menggeleng dan mengendus hidungnya yang sedikit berair.
"Tidak. Penjahat hanya label yang diberikan oleh orang-orang yang mengaku dirinya suci." Ia menoleh sejenak ke arah Mu Jin.
"Dunia membolak-balikan fakta yang sebenarnya terjadi pada manusia. Manusia yang terlihat baik, nyatanya menyimpan sifat yang sangat buruk."
Mu Jin masih memandangi wajah bulat gadis disampingnya. Cara bicaranya yang khas, membuat pria itu melepas senyum beberapa kali. Cara gadis itu menatapnya, membuat bulan sabit malam itu tampak cemburu. Sesekali, angin dan suara burung usil mengganggu.
"Bahkan, manusia jahat sekalipun. Bisa menjadi sosok yang baik. Jika ia bersama orang yang tepat."
Hera melepas sedikit senyum lalu menunduk. Ia menyentuh jari kakinya yang sedikit kotor.
"Kenapa kau ke kemari?"
"Mm, penelitian."
Mu Jin menunggu kalimat yang keluar dari Hera.
"Mmm, meneliti bahasa. Aku mahasiswa linguistik. Ya, begitulah."
Hera menghela nafas panjang. Ia melihat ke arah pria itu
"Ayahku, ingin mengajakku pindah ke Korea. Dia memintaku untuk belajar bahasa Korea."
"Lalu?" Mu Jin tampak penasaran.
Hera melepas senyum getir. Ia mengusap tangannya.
"Dia meninggal. Sehari setelah aku diumumkan lulus perguruan tinggi."
Mu Jin diam. Ia menghidupkan rokoknya.
"Maaf..." Ujarnya, lalu menghisap batang rokok berwarna hitam itu.
Keduanya diam. Suara dua orang pria kembali terdengar. Hera berdiri, mengintip keluar pagar. Kedua pria itu masih berdiri 2 meter dari gerbang penginapan. Suara keduanya tampak kesal, pria gemuk itu menekan sesuatu di ponselnya lalu berlari pergi dan diikuti pria muda dibelakangnya.
"Mereka terlihat seperti polisi."
Hera kembali duduk. Ia mengatur posisi duduknya, sehingga jarak keduanya sangat dekat.
Mu Jin menatap gadis itu bingung. Hera mengendus untuk kesekian kalinya.
"Aku tidak akan melaporkanmu pada polisi itu. Aku tidak percaya pada mereka."
"Kenapa?"
Hera tak menjawab. Ia menguap dan mengusap matanya yang tampak lelah. Sudah 1 jam mereka duduk dengan ketidaktahuan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...