"...Sebaiknya luka itu tak pernah datang."
#
Bintang yang awalnya terlihat cukup jelas, kini mulai memudar. Bukit yang lembab itu mengeluarkan suara gemerisik yang berasal dari gesekan ranting pepohonan yang berjejer rapi. Pepohonan itu membentang membelah jalanan setapak yang sangat sepi.
Dua orang dengan coat berwarna brown itu saling berhadapan. Sesekali mereka menghela napas, menatap jauh kedalam bola mata yang menyimpan banyak luka, kecewa, curiga, dan rahasia.
"Tempat ini seharusnya menjadi tempat yang membuat kau tersenyum, bukan meneteskan air mata seperti itu."
"Karena dari awal, kau tidak jujur padaku."
"Untuk apa? Karena kejujuran itu hanya akan memisahkan kita berdua."
"Lebih baik seperti itu. Jika akhirnya, segalanya menjadi rumit seperti ini."
"Aku sudah mengatakan semuanya. Semua yang ingin kau ketahui?"
Hera diam, ia menatap pria didepannya dengan penuh curiga. Hatinya masih sulit percaya dengan apa yang dikatakan Mu Jin sedari tadi.
"Kau bilang ayahku adalah rekan bisnismu."
"Bisnis properti. Bukan obat-obatan. Kau pasti tahu, ayahmu pernah menjalankan beberapa resort dan akhirnya bangkrut. Ayahku adalah salah satu pemegang sahamnya. Karena kebangkrutan itu, ia menjual seluruh asetnya kepada ayahku. Aku bahkan berencana menjadikannya sebagai manejer utama di hotel yang akan aku bangun..."
"Lalu hubungan dia dengan kasus obat-obatan itu apa?!"
"Dia selama ini memang menjadi pengedar, Hera! Resort itu hanya sebagai tameng untuk menutupi bisnisnya yang lain. Karena itu, setelah tahu dia dipenjara. Aku meminta Tae Joo untuk mencarikan pengacara terbaik agar dia bisa mendapatkan hukuman yang tidak berat. Tapi..."
Mu Jin menghentikan kalimatnya, ia mengusap dahinya dan menghembuskan napasnya cepat.
"...Kasus ayahmu sudah terlalu berat. Kami tidak bisa berbuat apa-apa."
Hera berjongkok, ia menangis dengan suara tertahan. Beberapa kali ia menarik rambutnya dan mencengkram rambutnya kencang.
"Hera...Aku sudah mengatakan semuanya."
"Kenapa harus ayahku!"
Mu Jin memeluk gadis itu erat, melepaskan cengkraman tangannya dari rambut dan mengelus kepala gadis itu.
"Ini yang aku takutkan. Kau akan terluka kembali seperti ini."
Gadis itu berbicara acak yang tidak dimengerti Mu Jin. Suasana bukit yang dingin itu benar-benar tidak menyenangkan. Semua terlihat ikut berduka atas apa yang telah mereka dengar.
#
Arloji Mu Jin menunjukkan pukul 00.
21 dini hari, Hera masih berdiri menatap langit yang mulai menjatuhkan rintikan air yang dingin. Mu Jin berdiri 1 meter dari gadis itu, ia menatap Hera dengan rasa cemas yang berat. Hera diam seribu bahasa setelah hampir setengah jam menangis tanpa henti. Matanya tak lepas dari satu titik cahaya yang tampak tidak seperti bintang."Hera. Sebaiknya kita pulang."
"Kenapa? Bukankah kau yang mengajakku kemari?"
Mu Jin menarik tangan gadis itu, lalu menatapnya tajam.
"Kita harus pulang. Cuaca semakin buruk."
Gadis itu menatap Mu Jin kosong. Lalu melangkahkan kakinya mendekati tubuh pria itu. Jarak mereka sekarang hanya beberapa centi, Hera mendongakkan wajahnya tepat diwajah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
أدب الهواةJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...