"Hujan yang tiba-tiba reda..."
[2]#
Penerbangan Hera ditunda ketika dua orang pria menghampirinya secara mendadak dan memintanya untuk pergi bersama mereka ke kantor polisi saat itu juga. Hera sempat menolak, sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk ikut.
Ruangan dengan dua lampu cukup terang membuat Hera tidak nyaman. Gi Cheol menunggu dimobil dengan perasaan gundah. Panggilan teleponnya tidak mendapat respon dari Tae Joo.
"Mungkin anda tahu, alasan kami membawa anda kemari."
"Persoalan Choi Mu Jin, lagi? Bukankah aku sudah mengatakan semuanya kepada penyidik?"
"Kami tidak akan memberikan pertanyaan kepada anda."
"Lalu?"
Pria dengan luka di jemari kanannya itu menaruh sebuah foto ke atas meja. Foto Choi Mu Jin yang datang ke pemakaman ayah Hera. Gadis itu menatap foto itu dengan perasaan gelisah.
"Yuda Trianto, ayah anda yang dihukum mati 8 tahun lalu adalah anak buah Choi Mu Jin."
Hera menelan ludahnya pahit. Ia memegang foto itu dan menatap kedua polisi dihadapannya.
"Lalu?"
"Tidak ada yang ingin anda tanyakan mengenai foto ini?"
"Kenapa Bapak memberikan foto ini kepada saya?"
"Kami hanya ingin memberitahukan ini saja. Agar anda lebih berhati-hati padanya. Sampai saat ini, pihak kepolisian Korea masih mengincar Choi Mu Jin atas dakwaan pengederan sabu berskala besar untuk kawasan Asia Tenggara."
"Kalian ingin aku melakukan apa?"
Tanya Hera tiba-tiba. Kedua polisi itu saling tatap lalu menyerahkan map kepada Hera.
"Sebagai warga negara yang baik. Anda tentu harus membantu kami untuk bisa segera mengungkap identitas sebenarnya Choi Mu Jin. Dengan itu, penyaluran sabu di negara kita akan berkurang dengan tertangkapnya dia sebagai tersangka."
"Warga negara yang baik..."
Hera memutus kalimatnya, ia mengambil map itu dan membaca isinya.
"Kalian memintaku untuk menjadi mata-mata?"
"Jika anda bersedia. Kami akan menjamin keselamatan anda."
"Apa yang akan aku dapatkan dari penyelidikan ini? Ayahku akan hidup kembali?"
Kedua polisi itu diam.
"Kalian memintaku untuk menjadi mata-mata tanpa sebuah imbalan yang sesuai? Aku punya hak untuk menolak, bukan?"
Hera menaruh map itu, lalu menyenderkan tubuhnya.
"Kau tidak merasa sakit hati setelah dikecewakan oleh pria itu?"
"Sakit hati? Atas dasar apa?"
"Karena dia, ayahmu dipenjara. Lalu dihukum mati."
"Itu sudah menjadi takdirnya. Ayahku yang memilih untuk menjadi pengedar sabu. Dia pasti tahu, hukuman yang akan dia dapat jika bekerja seperti itu. Semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa disalahkan saat ini."
"Kau tidak ingin membalas kematian ayahmu karena pria itu?"
"Tidak. Untuk apa? Tidak ada gunanya lagi."
Hera memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Gadis itu semakin curiga, karena ruangan itu berada cukup jauh dari keramaian. Ia bergegas menuju mobil Gi Cheol.
#
"Aku menunda keberangkatan karena tiba-tiba polisi datang menghampiriku di bandara."
"Apa kau baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...