H A L A L 07

20.9K 3.6K 237
                                    

"Kamu pasti sudah melakukan suatu kesalahan bersama Birendra kan?" Tiri berdiri di depan Amma dengan tatapan tajam. Sebelumnya ia menarik tangan Amma dengan kasar untuk mengikuti langakhnya.

"Aku gak pernah ngapa-ngapain sama dia, Bi! Bahkan kenal aja nggak!"

"Pembohong! Gak mungkin dia tiba-tiba datang dengan alasan gak jelas hanya untuk nikahin kamu! Udah gak punya orang tua, berbuat mesum pula. Hidup kamu gak berguna!"

Amma menunduk. Tangannya mengepal kuat menahan sesak yang menerpa dadanya. Hati yang ia miliki seolah tertusuk ribuan duri hingga membuatnya hancur seketika. Amma sadar, kehadira ia dalam keluarga Tiri hanyalah beban. Ingin pergi dan berlari namun ia tak tahu harus mencari tempat singgah untuk berteduh.

"Kamu harus terima tawaran dia! Saya yakin dia dari keluarga terpandang. Setidaknya kamu bisa tinggal di rumah mewah setelah pergi dari rumah ini. Saya akan bicarakan pada kedua orang tua Birendra untuk mempercepat pernikahan kalian."

"Aku gak mau nikah sama dia!" Amma mundur sebanyak dua langkah. Air matanya mengalir tanpa aba-aba menjadi saksi pedih yang ia rasakan.

"Pokoknya kamu harus secepatnya nikah sama dia!"

Amma dengan cepat menghindar saat tangan Tiri melayang di udara. Berlari menjauh dari sana, Amma tak peduli dengan teriakan menguar yang Tiri layangkan. Lelah, Amma ingin istirahat sekarang juga.

Mengunci pintu kamarnya, Amma langsung duduk di pinggir ranjang. Mengabaikan air matanya yang terus mengalir, Amma membuka Qur'an untuk dibacanya. Sedalam apapun rasa sedihnya sedikit demi sedikit teralihkan saat mengaji.

Perlahan-lahan air matanya surut. Deru nafas yang tersendat sedikit demi sedikit mulai kembali normal. Menaruh kitab tadi di nakas lalu merebahkan tubuhnya diranjang.

Kepergian Birendra dan kedua orang tuanya satu jam lalu terus membuat berbagai omongan yang Tiri ucapkan. Amma tidak ingin menikah di usia muda, Amma ingin mengejar mimpinya, Amma ingin menjadi seseorang yang bernilai di masa depan. Setelah semua itu tercapai barulah ia memikirkan tentang pasangan.

Hal sepele yang terjadi padanya telah mengubah lingkar kehidupannya. Amma akui, Birendra memang laki-laki langka yang harus dilestarikan. Namun di satu sisi Amma juga kesal karena keputusan aneh yang Birendra ambil untuk mereka ke depannya.

Keuntungan yang ia dapat jika menerima tawaran Birendra adalah ia bisa keluar dari rumah ini. Namun ia tak yakin jika kehadiran orang baru dalam hidupnya akan berdampak baik atau sebaliknya.

Berbagai macam kemungkinan negatif terus ia bayangkan jika harus memulai hidup baru bersama Birendra. Amma meringis malu jika Birendra sampai mengetahui kebiasaan buruk Amma saat dirumah.

"Masa gak kenal sama sekali langsung sah!"

"Bener kata Bibi tidak ada yang istimewa dalam diriku."

"Bener kata Bibi aku ini hanyalah beban."

"Bener kata Bibi, aku gak punya kelebihan apa-apa."

Amma bangkit secara tiba-tiba. Menepuk kedua pipinya beberapa kali, tatapannya berubah tajam. "ASTAGFIRULLAH! Sadar Amma! Setiap manusia telah diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Jangan insecure nanti Allah tegur!"

DUAR!

"Astagfirullah," Amma refleks menutup kedua telinganya saat petir tiba-tiba berbunyi begitu keras.

"Maaf ya Allah. Tadi cuma bercanda." Amma menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.











JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang