H A L A L 32

11.8K 2.1K 158
                                    

"Rere, hp kamu goyang-goyang terus."

"Astagfirullah, Amma."

"Bener kok." Amma terkekeh.

Mengambil ponselnya yang bergetar, ternyata nomor tersebut tidak Birendra kenal hingga ia mebiarkannya begitu saja. "Gak tau nomor siapa."

"Angkat aja, Re."

"Kamu yang angkat."

Saat Amma akan menggeser icon hijau namun sambungan tersebut lebih dulu terputus. Amma menaruh ponsel Birendra kembali ke tempatnya.

"Kenapa gak diangkat?"

"Keburu mati."

"Amma...." Birendra tersenyum lebar.

"Apa?" Kalo udah kayak gini pasti ada yang di mau.

"Udah beberapa hari ini saya gak makan ikan asin. Buatin dong.... Please..." Birendra menyandarkan kepalanya di bahu Amma. Mengambil tangannya lalu mengusap lembut jemari itu. "Boleh ya?"

Kalo gemes gini, gimana mau nolak.

"Iya. Nanti aku buat." Amma mendorong tubuh Birendra agar menjauh. "Jauh-jauh, ih!"

"Kok gitu?" Birendra cemberut.

"Rere kalo lagi manja bikin gemes. Bawaannya pengen nabok."

"Naboknya pake gombalan. Bisa gak?" Birendra terkekeh."

"Perasaan aku buat kamu sejelas izhar tapi tidak selebur idgham."

"Awalnya kayak ikhfa, tapi makin lama kok makin suka. Sampe sekarang aku masih nahan buat gak tergila-gila." Amma menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Meremas kuat kain tersebut, menyalurkan rasa malu yang singgah.

"Masyaallah.... Kamu berhasil buat hati saya berdebar-debar." Birendra tersenyum samar.

Keduanya sama-sama tersipu dengan senyum malu-malu.

"Amma, jangan begitu terus nanti sesak nafas." Birendra menarik selimut yang menutupi tubuh Amma.

"Hari senin udah mulai ujian kan?" Birendra mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Iya. Dua hari lagi Kak Vero udah ujian kelulusan. Nanti jarang ketemu deh."

"Bisa ke rumahnya, Ma."

"Aku gak nyangka Bibi bakal pergi secepat ini. Aku mau ke sana lagi boleh gak?"

"Iya. Ba'da magrib aja. Sekalian mau tahlilan." Birendra mengusap lembut kepala Amma.

"Jadi kapan mau bikin ikan asin buat saya?"

"Iya sekarang. " Amma tersenyum.

Berjalan keluar kamar untuk membuatkan ikan asin makanan favorit Birendra, Amma langsung menggoreng ikan tersebut setelah sampai di dapur. Sebenarnya ikan asin selalu ada dalam kulkas setiap hari. Salah satu makanan yang pantang habis.

Ganteng-ganteng kok bau ikan asin. Seharusnya julukan itu cocok untuk Birendra, namun Amma mencoret kata bau pada kalimat tersebut. Ikan asin memang memiliki beberapa vitamin, tapi tak baik jika dikonsumsi berlebihan.

Menaruh ikan asin dalam piring, lalu menaruhnya di atas meja berbentuk persegi. Amma sudah menarik nafas hendak berteriak namun tiba-tiba saja Birendra sudah turun ke bawah.

"Nanti temenin saya ke panti, ya."

"Ngapain?"

"Main."

Amma mengangguk seraya tersenyum. "Oke."

"Re, kamu belum kerja tapi kenapa uang kamu selalu ada?" Amma mengernyit.

JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang