H A L A L 44

9.4K 1.8K 107
                                    

Vero tengah fokus pada layar laptop di depannya yang menampilkan data-data penjualan. Sudah beberapa hari ini ia tak berjumpa dengan Amma. Sudah diniatkan dalam hati sepulang dari toko malam ini ia akan mampir sebentar ke rumah Birendra. Haya untuk bertemu Amma lebih tepatnya.

Vero tak sadar sudah beberapa menit berlalu ada seseorang yang berdiri di depannya. Memandang wajah fokus itu beberapa detik lalu mengalihkan pandangan seraya istigfar. Tak enak hati jika harus mengganggu laki-laki di depannya.

Kedatangan Hana ke sini bukan untuk membeli kue, melainkan mengembalikan buku novel yang telah ia pinjam lumayan lama. Heran, kenapa Vero tak menanyakan buku ini sama sekali.

Hana hendak berbalik, namun tiba-tiba saja Vero memanghilnya. Ah, ternyata dia sudah sadar akan kehadiran Hana. "Maaf kalo gue ganggu."

"Nggak." Vero berdiri, menghampiri Hana dan menyuruhnya duduk.

"Ada apa? Mau beli kue lagi?"

"Nggak." Hana tersenyum. "Mau balikin buku ini."

Vero menerima novel tersebut. "Udah selesai baca?"

"Udah lama sih. Maaf baru dibalikin sekarang."

"Santai aja."

"Lo lagi sibuk banget kah?"

"Nggak juga. Kenapa?"

Hana menggeleng. Cukup, ia akan segera pulang daripada berada di situasi aneh seperti ini. "Gue mau pulang."

"Bentar." Vero menyuruhnya untuk kembali duduk.

"Lo percaya takdir?"

"Ya."

"Lo percaya jalur langit?"

Hana mengernyit."Iya."

Vero tersenyum. "Semoga bener-benar terjadi."

"Apa yang terjadi?" Hana mengernyit.

"Jika sejalan dengan rencana Tuhan."

Hana mengerjap beberapa kali. Tak mengerti apa yang Vero ucapkan. Hendak berbalik untuk pergi namun ia tak sengaja tersandung tihang bawah meja. Tubuh Hana limbung, hampir saja ia menyapa lantai jika Vero tak menahannya. Memang, posisi mereka terlihat seperti berpelukan.

"Maaf, dan hati-hati." Vero mundur sebanyak dua langkah.

"Makasih." Hana tersenyum kaku, ia langsung pergi dari sana.

Vero terus memandang kepergian Hana hingga perempuan itu naik ke atas motornya. Apakah bisa jika suatu saat nanti niat baiknya akan benar-benar menjadi nyata. Vero takut, ia masih harus membatasi perasaannya. Jika memang suatu saat nanti mereka tidak ditakdirkan bersama, Vero bisa melupakan dan membatasi rasa sakit yang ada.




"Kak Vero kenapa baru ke sini?" Amma menaruh segelas teh di atas meja untuk Vero. Terlihat jelas raut lelah dari laki-laki di depannya. Kantung mata yang agak menghitam menjadi bukti bahwa tidur yang dialaminya tidak cukup.

"Kak Vero jangan capek-capek." Hana duduk di samping Vero. "Mau tidur di sini aja? Ada kamar kosong di samping."

Vero menggeleng. "Gak. Gue cuma mau ketemu adik gue." Vero tersenyum samar. "Gimana kabarnya?"

"Baik banget. Kakak juga harus baik-baik aja." Amma cemberut.

"Gue baik kok."

"Baik apanya? Itu mata udah kayak panda. Jadi tambah imut, kan."

JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang