H A L A L 26

13.1K 2.3K 118
                                    

"Kabar buruk?" Baika mengernyit.

"Heem." Boni menaruh ponselnya. Senyum tipis tercipta seketika. "Kabar buruknya adalah.... Gue belum ngasih banyak ilmu ke dia! Seharusnya dari kemarin-kemarin gue ajarin si Rere cara berkembang biak yang baik dan benar agar mendapatkan hasil maksimal."

"Dobel sinting."

Baika bangkit dari duduknya dan berjalan mengambil sapu untuk membersihkan kulit kacang yang berserakan karena ulahnya.

"Bai, hidup lo datar banget kayak muka Vero. Lurisin dikit coba."

"Gak pa-pa hidup datar yang penting gak pernah mainin perasaan."

"Masih pake seragam putih abu tapi udah berani bawa anak orang. Udah siap tanggung resiko? Udah yakin kalo itu beneran jodoh lo? Udah yakin sama perasaan lo? Udah siap wujudin apa yang dia mau? Udah bisa cari duit sendiri?" Baika tersenyum samar.

"Masih bergantung sama orang tua gak usah banyak gaya. Sukses dulu, baru dateng ke rumahnya."

Tertohok!

Boni membatu. Niat hanya bercanda malah diberi pencerahan yang Masyaallah sekali. Boni merasa sangat berdosa telah menjadi tukang ghosting beberapa bulan lalu. Berteman dengan dua manusia waras, sungguh membuat dirinya tertular hal positif oleh keduanya.

"Bai, tampar gue sekarang!"

"Bacok aja, mau?"

"Gak jadi."

Baika terkekeh. Setelah lantai bersih dari kulit kacang, Baika langsung mengambil kunci motor dan memakai jaketnya. "Bon, gue balik."

"Gak nginep lo? Ajak si Rere coba."







"Udah si, Ma. Santai aja."

"Malu...."

"Kenapa malu?"

"Kamu udah liat."

"Baru rambut yang saya lihat belum yang lain."

PLAK!

"Awsss...." Birendra mengusap bahunya yang tertampar keras oleh seseorang di depannya. Perihal rambutnya yang telah Birendra lihat, Amma terus saja bertingkah aneh. Awalnya Birendra memang kaget dan terdiam dengan tatapan yang tidak biasa saat melihat surai indah milik Amma.

"Gak usah dipake. Gak ada siapa-siapa di sini, Ma." Birendra terkekeh.

"Aku aneh gak kalo gak pake hijab?"

Birendra menggeleng. "Tetap sama. Kan kamu cuma milik saya."

Amma tersenyum simpul. Birendra selalu bisa mengaduk-aduk perasaan dirinya tiba-tiba. "Gak boleh gitu. Aku milik Tuhan, bukan milik kamu."

"Nanti kalo mau menghadap Tuhan kita harus bareng, ya!" Birendra tersenyum simpul.

"Jangan ngomong gitu! Bismillah aja dulu, semoga umur kita panjang."

"Amiinn..."

Birendra membuka ponselnya yang bergetar. Ternyata sebuah pesan dari Mamanya. Menyuruh Amma dan Birendra untuk datang ke rumah Tina sore ini. Tetapi bukan hanya itu, pesan dari kedua temannya juga masuk. Mereka mengajak Birendra untuk menginap di rumah Boni. Sudah pasti Birendra akan menerima ajakan Tina, namun untuk apakah Boni dia ingin memikirkannya lebih dulu.

Jika ia menerima ajakan Baika dan Boni lalu bagaimana nasib Amma? Kasian kalo ditinggal. HIKSSS!

"Amma, nanti sore Mama suruh kitabdatang ke rumahnya."

JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang