H A L A L 18

15.5K 2.9K 293
                                    


Baika tak sengaja memergoki Vero yang tengah menatapnya. Beberapa detik memandang laki-laki itu seketika membuat Baika teringat tentang suatu kejadian.

"Dia...." Baika melirih.

Baika memalingkan wajahnya saat melihat Vero menyeringai. Sial! Ternyata dia masih mengingat kejadian memalukan beberapa bulan lalu.

Baika hendak berjalan menjauh dari pintu namun Boni mencekal tangannya, "Mau kemana?"

"Gue gak jadi jenguk Rere."

"Kenapa?"

"Gue----"

"Masuk hayuk!" Boni merangkul Baika agar mengikutinya masuk ke dalam rumah. Mengabaikan Baika yang terus berontak, Boni duduk di sofa dimana Amma berada di depannya.

"Asalamualaikum, Amma." Boni tersenyum memandang Amma.

"Assalamualaikum, akhi." Boni tersenyum memandang Vero.

Amma mengernyit kala tatapan Vero terus tertuju pada Baika. "Kakak kenal Baika?"

Vero menggeleng.

"Kenapa liatin aja?"

"Gak sengaja jadi saksi bisu." Baika melotot mendengar ucapan Vero. Padahal kejadian itu telah terlewat beberapa bulan lalu namun saat ini Vero masih mengingatnya. Sungguh, sangat memalukan.

"Lo yang ngintip gue, kan!" Baika ngegas.

"Ngintip? Gue gak sengaja lewat." Vero menjawab. "Lagian, acara putus-putusan kok di tengah gang." Vero tersenyum miring.

"Penyebabnya  berbeda kepercayaan."

Baika memandang Vero dengan tatapan horor. Ingin rasanya mencubit mulut nakal itu. Tidak sopan sekali mengungkapkan fakta yang sebenarnya tentang hubungan masa lalu Baika di depan banyak mata. "Diam! Gak usah sok tau!"

Vero mengedikkan bahu, "Itu yang gue denger."

"Sudah, Sayang!" Boni mengangkat kedua tangannya. "Lupakan masa lalu. Mari bangun aib baru bersamaku."

"Stres." Vero menimpal.

Amma terkekeh melihat perdebatan ketiga lelaki itu. Tatapannya seketika teralihkan ketika melihat Birendra berjalan menghampiri mereka bersama Tina di sampingnya. Tubuh tinggi Rere yang memeluk Tina dari samping membuat laki-laki itu terlihat sangat manja di mata Amma. Dasar bayi glowing!

Birendra duduk di samping Amma sementara Tina pergi ke dapur untuk membuat makan. Tadinya Amma akan ikut membantu tapi Birendra melarangnya. "Di sini aja."

Boni memandang Amma dan Birendra dengan senyum penuh misteri. Menyeringai dengan wajah menyebalkan, Boni berdehem keras beberapa kali. "Ekhem! Ada yang udah nempel kayak gue sama kasur."

"Ada yang nempel tapi bukan lem." Baika berujar.

"Ada yang nempel tapi bukan solatip." Boni beututur.

"Ada yang nempel, tapi bukan setan." Vero berujar.

Birendra memandang teman-temannya satu persatu. Terakhir, Birendra melirik Amma di sampingnya, "Ada yang nempel, tapi gak bisa lepas."

"GASSKEUN, RE! NAON ETA!" Boni terkikik.

"Eh, hati saya. Masyaallah....." Birendra terkekeh melihat wajah Amma yang tersipu tiba-tiba.

"ASTAGFIRULLAH! SAHA ETA! SI RERE UDAH JAGO GOMBALL! AAAAAA KIYOWOKK NGOK-NGOKKK!" Boni histeris.

"Dih, bucin." Baika terbahak.

JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang