H A L A L 14

17.9K 3.3K 297
                                    

""AMMA! JANGAN BERDUAAN!"

Vero memandang datar seseorang yang mengganggu waktunya bersana Amma. Laki-laki yang kian berjalan mendekat dengan sebotol air mineral di tangannya. Jika saja dia bukan siapa-siapa Amma mungkin Vero akan membantingnya sekarang juga.

"Ngapain?" Vero bertutur datar. Ketara sekali dia merasa kesal dengan kedatangan Birendra yang tiba-tiba.

"Saya mau cari Amma."

"Buat?"

"Mau ngasih minum." Birendra menyodorkan botol minuman di depan Amma dan langsung diterima oleh perempuan itu. Senyum lebar yang terpatri di bibir Amma dapat menular pada Birendra saat melihatnya.

"Lo boleh pergi."

Birendra melirik Vero yang tengah memandangnya tak suka. Sebenarnya Birendra tidak tenang membiarkan Amma berdua dengan Vero begitu saja. Ya, walaupun Amma dan Vero adalah saudara, namun rasa tak tenang masih saja ada.

"Rere," Amma menggerakan kepalanya, menyuruh Birendra segera berlalu dari sana.

Birendra mengangguk pelan. Melangkah meninggalkan mereka berdua dengan rasa tidak ikhlas. Apakah pembicaraan itu sangat penting sampai-sampai ia tak boleh mendengarnya.

Vero berdecak. "Suami lo posesif amat."

"Nggak kok. Kita gak sedeket itu." Amma terkekeh.

"Gak sedeket itu? Deket banget juga gak pa-pa. Lo harus mulai pelan-pelan, Am! Jangan sampai pernikahan aneh lo tidak bertahan lama!" Vero berucap tegas. Ia ingin menyadarkan Amma tentang ini. Melihat Amma telah menikah terlalu cepat membuat Vero tak tega, apalagi melihat mereka berdua berpisah nantinya.

"Iya Kak, aku coba." Amma menunduk.

Vero mengajak Amma duduk pada kursi kayu yang ada di sana. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, Vero memejamkan matanya sejenak. "Semenjak lo pergi dari rumah. Mama lebih sering ke luar."

"Mungkin kalo cuma buat kerja dan belanja itu wajar. Tapi,"

"Tapi?" Amma mengernyit.

"Dia sering keluar malam. Setiap gue tanya, pasti Mama gak pernah jawab."

"Bahkan gue mergokin dia keluar tengah malam sambil telfonan. Dan saat gue ikutin sampe keluar rumah, ada mobil yang jemput dia."

Vero terus memejamkan matanya. Hanya pada Amma dia bisa mencurahkan apa yang dipikirkannya. Vero paham mungkin ini tidak ada sangkut pautnya dengan Amma. Vero hanya ingin berbagi cerita tentang keadaan rumah tanpa kehadiran Amma.

"Papa udah pergi. Gue gak mau kehadiran Mama semakin jauh." Vero tersenyum getir.

Amma tersenyum lembut memandang Vero di sampingnya. "Kakak jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Positif aja dulu. Bibi biasanya sering lembur kan kalo kerja? Mungkin belakang ini dia lagi sibuk-sibuknya."

"Sibuk atau lupa waktu?" Vero terkekeh sinis.

"Udah. Gue ngerasa lebih baik sekarang." Vero menegakkan punggungnya. Memandang Amma yang setia menundukkan kepalanya, Vero menepuk pelan kepala Amma. "Makasih."

"Iya sama-sama. Kalo ada unek-unek atau gelitikan yang gak nyaman, Kakak boleh curhat sama aku." Amma tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit.

Vero tersenyum simpul, nyaris tak terlihat. "Lo gimana?"

"Apanya?"

"Tinggal sama Rere, aman?"

Amma mengangguk, "Sejauh ini masih aman. Birendra selalu bikin aku insecure dalam segala hal. Entah itu ilmu pengetahuan ataupun ilmu agama. Aku selalu ngerasa rendah di depan dia. Terkadang aku ngerasa gak pantes buat jadi pasangan dia." Amma menundukkan kepalanya.

JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang