"Kemarin kamu gak berangkat?"
Birendra kian mempercepat langkahnya saat Killa mengikuti jalannya dari samping. Bergeser dua langkah ke kanan lalu memperlaju jalannya. Jangan sampai kedekatan mereka kurang dari satu meter.
"Birendra!" Killa hendak mencekal tangan Birendra namun dengan gesit Birendra menghindar.
"JANGAN DEKET-DEKET!" Birendra memandang Killa waspada. Melihat sekitar koridor yang sangat sepi kian memperburuk perasaannya.
"Kenapa sih! Gue bersih kok. Kenapa lo gak pernah deket sama perempuan? Lo belok, kah?"
Birendra melotot mendengar ucapan Killa. Jelas saja ia normal! Buktinya dia nikahin Amma, dan merasa berbunga-bunga saat berduaan dengan istrinya. ACIKIWIR!
"Saya normal. Hanya satu perempuan yang boleh saya dekati." Birendra tersenyum diakhir ucapannya. Tanpa Birendra sadari senyuman itu memancing Killa untuk ingin lebih dekat.
"Birendra, senyum lo...."
"Eh, ada yang ketinggalan," meghiraukan ucapan Killa, Birendra berlari kecil dari sana.
"APA YANG KETINGGALAN?"
"HATI SAYA! HATI SAYA MASIH DI RUMAHNYA!"
Killa mnegernyit memandang kepergian Birendra. Siapa yang menjadi rumah untuk hati laki-laki langka itu? Killa berdecak, kesempatan dirinya dekat dengan Birendra kian menipis jika laki-laki itu sudah punya simpanan.
Saat Killa berbalik, ia cukup terkejut melihat kehadiran pacarnya yang berdiri tepat di belakang dirinya. "Kamu?"
Killa tersenyum saat kernyitan samar terlihat dikening laki-laki di depannya. "Nanti pulang sekolah temenin beli baju, ya."
Melihat ke belakang, ternyata Killa sudah tak ada ditempatnya. Birendra bernafas lega, sebenarnya ucapan tadi tidak sepenuhnya serius. Itu hanya alih-alih untuk menghindar dari sesuatu yang membuatnya tak nyaman dan berbahaya.
Satu langkah masuk ke dalam kelas Birendra sudah disambut dengan sorak sorai dari penghuni di dalamnya. Tepuk tangan meriah hingga pukulan meja terdengar gaduh tiba-tiba. Antusias warga kelas saat melihat kehadiran Birendra sangat membara hingga membuat si atensi tersenyum seketika.
"REREE SATU HARI TANPA DIRIMU, BAGAI MALAM TAK KUNJUNG BERLALU!"
"PAUSTENG UDAH SEHAT? ALHAMDULILLAH...."
"PAUSTENG, SAYA DAFTAR MAU RUQYAH!"
"PAUSTENG SAKIT APA? BELI OBATNYA DI KLINIK NENEK SAYA AJA."
"SAKITNYA KOK CUMA SEHARI?"
Birendra menatap laki-laki yang mengucapkan itu. Bukannya marah, Birendra malah tersenyum. "Alhamdulillah cuma sehari. Soalnya tugas saya sebagai manusia masih menyapa. Apalagi saya punya tanggung jawab untuk membimbing seseorang."
"Siapa yang lo bimbing?" Salah satu teman sekelasnya bertanya.
"Dia, belahan saya."
PLAK!
Datang tak diundang Boni langsung menampar bahu Birendra. Mungkin kata yang Birendra ucapkan sedikit ambigu jadi perlu di revisi saat pengucapnnya.
"Belahan apa, Re? Sesuatu yang.... Menyenangkan gitu?" Senyum misterius tersinggung di bibirnya.
"Tentu menyenangkan." Birendra menajwab.
"ASTAGFIRULLAH!" Mereka yang mendengarnya istigfar seketika.
"Gimana rasanya?" Boni bertanya.
"Sampai saat ini saya cukup senang menjalaninya. Belum ada tanda-tanda, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Novela Juvenil"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...