H A L A L 17

16.6K 2.7K 200
                                    

Amma tengah merapihkan pakainnya dan Birendra ke dalam lemari. Menyusunnya agar tertata rapi, Amma mengernyit kala menemukan kotak kecil berwarna hitam yang terselip diantara pakaian Birendra. Saat Amma akan membuka kotak tersebut, suara Birendra segera mencegahnya. "Jangan dibuka!"

Amma menengok ke belakang. Birendra baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekat ke arahnya dengan pandangan yang terus tertuju pada kotak kecil di genggamannya.

"Jangan buka itu, Amma."

"Emang ini apa?"

"Cincin pernikahan kita. Saya lupa mau pake." Birendra tersenyum seraya mengambil alih kotak tersebut.

"Jangan dibuka ya. Takut kotor." Birendra mengusap lembut kotak tersebut lalu menaruhnya dalam saku celana.

"Amma jangan capek-capek, ayo temenin saya tidur." Birendra menepuk bagian kasur yang kosong di sampingnya.

"Nanti Rere modus! Katanya mau temenin tidur doang semalem kok peluk-peluk." Amma cemberut.

"Kamu juga sering peluk saya diam-diam, Amma. Saya gak pernah ngomong sama kamu biar kamu gak malu." Birendra terkekeh.

"Lagipula mesra-mesraan kita dapat pahala loh bukan dosa. Pacaran jalur halal lebih indah bukan?"

Amma mengangguk, "Sangat indah. Namun aku takut keindahan itu tak bertahan lama."

"Harus lama, dong! Saya mau selamanya sama kamu. Gak mau cewek lain, deh." Birendra menggerakkan tangannya, menyuruh Amma untuk mendekat.

Amma duduk di samping Birendra dengan kening mengernyit, "Yakin? Kamu belum tau kebiasaan jelek aku loh, Re."

"Walaupun udah tau gak mungkin aku tinggalin gitu aja, Ma. "

Birendra sudah merasa jauh lebih baik sekarang. Rasa pusing yang menerpa sudah tak sesakit sebelumnya. Hanya minum obat paracetamol yang terjual di warung terdekat dan kehadiran Amma yang senantiasa melayani sikap manja Birendra membuat laki-laki itu sembuh lebih cepat. Melayani di sini masih dalam batas wajar, ya! Bukan dalam hal anu.

"Kamu udah enakan?" Amma menyentuh kening Birendra.

"Alhamdulillah." Birendra tersenyum tipis.

"Saya mau ngerjain tugas dulu." Birendra hendak turun dari ranjang namun dengan cepat Amma mencekal tangannya. "Gak boleh!"

"Baru sembuh kok udah belajar! Istirahat yang cukup dulu, Bi." Amma memandang kesal laki-laki di depannya. Gak belajar satu hari gak mungkin mendadak bodoh, kok. Apalagi Birendra yang diciptakan dengan otak glowing oleh author.

"Saya gak tenang kalo nunda-nunda pekerjaan, Ma." Birendra hendak turun namun Amma kembali menahan tangannya.

"Biar aku aja yang kerjain. Emang apa tugasnya?"

"Tugasnya....."

"Buka hati kamu buat saya. Biarkan saya kenal lebih intens dengan kamu. Masuk sampai celah terkecil sambil bersapa ria bersama mereka si penyebab rasa."

"Kamu tau gak apa itu, sayang?" Birendra bertanya.

"Sayang? Perasaan, bukan?" Amma menjawab tak yakin.

"Kata Baika sayang itu umum. Kata Boni sayang itu istimewa, tapi menurut saya sayang itu.... Cukup dengan Amma." Birendra menunduk menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ah, sial! Kedua pipinya tersipu seketika. Malu! Birendra sangat malu mengatakan itu.

"Yaampun.... Pipi aku merah," menutup wajahmu dengan telapak tangan, Amma memutar tubuhnya membelakangi Birendra.

Pasangan yang saling tersipu dengan perasaan yang tak menentu. Hanya mampu melirik malu keduanya terus terdiam dengan perut dipenuhi kupu-kupu.







JALUR HALAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang