Tiri tidak pernah tau jika Burhan telah mempunyai istri. Lebih tepatnya, Burhan tidak memberi tahu Tiri bahwa ia masih mempunyai istri sah. Ia mengaku pada Tiri bahwa sebenarnya dia adalah seorang duda. Berjalan beberapa bulan kedekatannya dengan Tiri bahkan dia selalu memberi apapun yang Tiri mau dan butuhkan. Burhan berjanji, ia akan menikahi Tiri.
Awal mula mereka bertemu di club malam. Dulu, Tiri sedang mencari teman Almarhum suaminya untuk menanyakan pekerjaan. Awalnya hanya bercakap seperti biasa, namun semakin lama dan sering bertemu, hubungan keduanya menjadi sangat dekat bahkan sudah melewati batas.
"Kamu beneran mau nikahin aku, Mas?"
"Tentu."
"Kamu harus bertemu dengan Vero terlebih dulu."
Burhan tersenyum seraya mengangguk. "Iya. Besok aku ketemu dia."
☘
"DEMI APA SIH! GUE JUGA MAUUU!!" Boni merebut novel yang Baika bawa.
"Kapan belinya?"
"Di toko online lagi ada promo. Gue beli tiga sekaligus."
"Ori kan?" Boni membulak-balikan buku tersebut.
"Sejak kapan gue beli yang bajakan! Nulis cerita novel gak segampang ambil upil pake jari telunjuk. Mikir alur gak gampang! Suka duka selalu hadir, bahkan ada author yang rela dimarahin emaknya gara-gara main hp mulu. Padahal tuh orang lagi ngetik cerita."
"Gila sih kalo para pembaca beli yang bajakan. Royalti penulis gak besar loh. Cuma dapet sepuluh persen dari setiap buku."
"Kasihan ya. Banyak banget novel bajakan di toko online. Harga murah, kualitas rendah, dan isinya terkadang susah dibaca. Pengen deh gue tembak mereka." Boni mendengus.
"Tembak apanya?" Baika mengernyit.
"Tembak hatinya, dong! Biar bisa saling jatuh cinta terus gue racunin pikiran dia buat basmi penjual buku bajakan." Boni terbahak.
"Kalo yang jualnya cowok?"
"Gue sogok pake cewek cantik."
"Sinting." Baika berdecak.
Baika dan Boni memang pecandu novel. Mereka tak pernah absen untuk ikut war setiap PO novel yang menarik perhatiannya. Walaupun harga novel itu bombastis, tapi untuk keduanya itu tak berarti apa-apa. Asalkan hati senang, dompet aman.
"Novelnya Happy ending gak?" Boni bertanya.
"Nggak."
"Gue lebih suka akhir yang sengsara." Baika tersenyum.
"Gue kalo baca cerita yang sad ending gak bisa tidur nyenyak, Bro."
"Gamon?"
"IYA! PENGEN RASANYA DEMO KE RUMAH AUTHOR! MATIIN KARAKTER FIKSI KAYAK MATIIN LAMPU KAMAR! GAK RELA GUE TUH!"
"Kecilkan suaramu bestie," Baika menepuk bahu Boni.
"Kalo gue jadi tokoh fiksi, gue bakal datang ke mimpi penulis."
"Buat?" Baika mengernyit.
"Negosiasi. Gue gak mau jadi almarhum diceritain orang. Gak ada yang ngelayat pula."
Baika terkekeh. "Lebih baik nangis karena cowok fiksi daripada cowok realiti. Zaman sekarang sadis, boy. Gue gak mau main-main sama yang namanya perempuan."
"Kayaknya gue bakal copy cara Birendra. Sekali toel langsung sah." Boni terkikik.
"Assalamualaikum,"
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Teen Fiction"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...