Kabarnya ada siswa baru yang masuk ke SMK Karsa. Usut punya usut tadinya dia anak pondok. Kabar mulai beredar saat mengetahui siswa tersebut masuk jurusan Akutansi. Karena terbilang horor sebab selalu berkutat dengan angka, sangat jarang laki-laki yang tertarik dengan jurusan tersebut.
Padahal, siswa tersebut sudah pindah dari beberapa bulan yang lalu. Namun saat ada kegiatan Hadroh di sekolah, dia menjadi sorotan karena wajahnya yang terlihat asing. Mungkin ia jarang keluar kelas, makannya di kira murid baru.
Amma menarik tangan Hana saat cewek itu berhenti berjalan. Katanya mau dengerin kabar yang lagi rame di jurusan sebelah. Toh, menurut Amma itu sangat tidak penting. Masuk jurusan apa saja, ya terserah siswa itu.
"Lagi apa sih, Han!"
"Diem, Ma! Katanya dia cogan." Hana memasang pendengarannya baik-baik kala siswi Akuntansi sedang membicarakan siswa tersebut.
"Astagfirullah." Amma menggeleng pelan. Saat ia akan berjalan tiba-tiba saja Hana mencekal tangannya.
"Cuy! Itu anaknya!" Hana menunjuk seorang laki-laki jangkung dengan seragam rapi serta topi di kepalanya. Kernyitan kecil terpancar di dahi Amma kala tak sengaja melihat itu. "Anak pondok kok pake topi? Nggak pake peci?"
"Mungkin pecinya basah." Hana berujar.
Amma langsung berjalan saat Hana masih terdiam di tempat. Jengah sekali melihat respon sahabatnya yang diluar perkiraan. Apa gunanya melihat siswa baru di sekolah? Walaupun dia asli tampan tapi tetap saja tak ada gunanya. Manfaat gak ada, nambah dosa iya.
Amma berjalan melewati kelas Birendra. Saat ini masih jam istirahat. Kelas Birendra yang dominan laki-laki terdengar sangat ricuh hingga suaranya menguar ke luar kelas.
Menengok dari kaca jendela, Amma celingukan mencari keberadaan Birendra namun tak kunjung menemukan wujud laki-laki itu.
"Astagfirullah!"
Amma refleks mundur beberapa langkah. Kehadiran laki-laki di depannya sangat tiba-tiba hingga membuat jantungnya ingin copot seketika. "Rere!"
Birendra tersenyum. "Cari siapa?"
"Kamu."
"Kenapa?" Birendra maju satu langkah.
"Em.... Bawa kamus gak? Aku lupa bawa."
Birendra mengangguk. "Bawa. Kebetulan jam pertama bahasa Inggris. Nanti saya ambil dulu." Birendra masuk ke dalam kelas sementara Amma menunggu di luar. Beberapa menit kemudian, Birendra datang dengan kamus di tangannya. "Ini."
"Udah gak dipake?"
Birendra menggeleng.
"Kamu udah makan?" Amma bertanya.
Birendra mengangguk. "Yang nanya udah makan belum?"
"Udah." Amma tersenyum.
"Ah, iya." Birendra memberikan kartu ujiannya pada Amma. "Tolong simpen ini ya. Saya orangnya pelupa, takut hilang."
Amma menerima kartu tersebut. "Siap Pausteng. Nanti ambil dulu di saya."
Birendra terkekeh. "Iya Humaira."
"Aku ke kelas dulu." Amma hendak berlalu namun Birendra memanggilnya, "Nanti pulang tunggu saya di mobil. Saya ada keperluan sebentar."
"Siap!"
Amma berjalan menuju kelas. Sesekali tersenyum saat ada yang menyapa. Sesampainya di dalam kelas, Amma duduk di tempatnya.
"Amma!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Novela Juvenil"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...