"Tuhan baik, ya. Memberikan kesempatan pada kita untuk selalu bersama, bahkan dalam duka."
☘
"RERE!"
Tino menutup pintu mobil dengan sangat keras hingga menimbulkan bunyi nyaring. Pandangannya tertuju pada Birendra yang tengah berdiri kaku di samping mobil berwarna hitam. Telat satu detik saja, mungkin tubuh Birendra akan menjadi korban.
Pemilik mobil tak kunjung keluar. Justru ia langsung menggas mobilnya dengan begitu cepat sebelum Tino sampai di sebrang untuk menjemput Birendra.
Birendra menengok ke sampingnya kala seorang pria paruh baya menanyakan keadaannya. Ia menjawab baik-baik saja, dan akhirnya kembali menyebrang dengan hati-hati hingga sampai di depan Tino.
Terus memperhatikan mobil yang hampir menyelakakan anaknya yang sudah berjarak cukup jauh. Tino memperhatikan Birendra dari ujung rambut sampai kaki, "Kamu baik-baik aja?"
Birendra mengangguk. "Ya."
"Ada yang luka? Mau Papa ajak ke rumah sakit?"
Birendra menggeleng. "Nggak usah, Pa."
Tino menghela nafas pelan. "Alhamdulillah, Syukurlah."
Mereka langsung masuk ke dalam mobil untuk segera pulang. Perhatiannya masih tertuju pada Birendra yang terus terdiam dari tadi. "Ada apa, Re?"
Birendra menggeleng seraya tersenyum, "Gak pa-pa."
☘
Seorang laki-laki memandang perempuan di sampingnya dengan tatapan jengkel. Mulutnya terus mengoceh dengn nada tinggi hingga membuat dirinya muak dengan amarah yang terpendam. Harusnya Killa bersyukur memiliki kekasih seperti Woi yang sangat pandai mengontrol emosi dan menjaga perkataannya saat marah. Lihat, bahkan saat dirinya dibentak tanpa henti, Woi tidak pernah membalas perkataan Killa sedikitpun.
Sepertinya ia telah salah memilih. Namun hatinya tetap kukuh dan tak ingin meninggalkan pilihannya saat ini.
"Kalo dia beneran ketabrak gimana? Kamu sengaja mau celakain dia?"
"Kalo kamu gak suka dia gak usah buat dia celaka."
"Asal kamu tau ya! Aku masih ada rasa sama dia. Aku cuma kasihan sama kamu."
Woi tersenyum tipis. Memandang Killa dengan tatapan teduh. Menyakitkan sekali, apakah dirinya sudah benar-benar tidak dianggap oleh Killa? Sampai kapan ia menahan goresan yang terus menerus melukai hatinya. Woi juga manusia, punya rasa lelah akan suatu hal yang telah ia jaga semampunya.
"Kasian?" Woi melirih.
"Aku gak selemah itu, La. Kalo kamu bener-bener gak mau sama aku, lebih baik kamu pergi. Aku ikhlas. Sekarang aku bener-bener ikhlas." Woi tersenyum.
"Dan benar kata kamu. Tadi aku sengaja. Aku mau buat dia celaka. Aku pikir kamu bakal kembali sepenuhnya kalo dia gak ada." Woi terkekeh.
"Jangan risau. Ini pertemuan terakhir kita, aku janji."
"Setelah ini aku bakal lepas kamu sepenuhnya." Woi melepas gelang yang ada pada lengannya. Killa mendelik, ia tak suka Woi melepas hadiah pemberiannya.
"Kok dilepas?"
Woi tak menjawab. Menaruh gelang tersebut dalam tas killa tanpa suara. Segera menjalankan mobilnya untuk mengantarkan Killa pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Teen Fiction"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...