Birendra melewati dua orang yang tengah saling berhadapan di tengah koridor yang sudah sepi. Ia terpaksa harus pulang belakangan karena telah melaksanakan tugas piket. Melihat seorang laki-laki yang tengah mengusap lembut puncak kepala sang perempuan, membuat Birendra bergidik geli.
Orang-orang kok pada berani pacaran, ya? Gimana sih rasanya pacaran?
Hal positif yang bisa diambil dari pacaran itu apa?
Astagfirullah.
Jangan pernah melanggar 17:32!
"Birendra!"
Killa memanggil Birendra yang tak sengaja melewatinya. Laki-laki di depan Killa mengernyit kala pacarnya memanggil cowok lain. "Siapa?"
Killa hanya menjawab dengan senyuman. Meskipun Birendra mengetahui itu dia tetap tak acuh. Melenggang pergi dengan langkah lebar, tujuan utamanya saat ini adalah ke rumah Oma yang sudah lama tak ditempati. Oma telah meninggal satu tahun lalu. Hanya beberapa pembantu yang tinggal di sana untuk mengurus rumah, sesekali kedua orang tua Birendra menginap di sana.
Birendra juga mengajak Amma untuk pergi bersamanya. Sosok perempuan itu tak pernah hilang dari benaknya belakangan ini. Mungkin efek dari merem sampe melek muka Amma terus yang pertama kali dilihat.
Rasa kasihan tiba-tiba singgah di hatinya saat menyuruh Amma untuk menunggu di depan gerbang cukup lama. Pasti perempuan itu tengah kepanasan sekarang.
Setelah sampai di luar sekolah, Birendra celingukan mencari seseorang. Bibirnya tertarik membentuk seulas senyuman kala melihat gadis berjilbab putih tengah menunduk seraya memainkan ponsel.
Melangkah pelan menghampiri Amma, Birendra melambaikan tangan di depan wajah perempuan itu. "Ma,"
Amma melirik Birendra sekilas lalu menaruh ponselnya dalam saku rok. "Udah selesai?"
Birendra mengangguk, "Maaf nunggu lama. Seharusnya saya suruh kamu pulang duluan aja."
"Gak apa-apa." Amma tersenyum. Mengambil sebotol air dalam tasnya lalu diberikan pada Birendra, "Nih. Mau minum kan?"
Birendra mengerjap beberapa kali, "Buat saya?"
"Iya. Katanya haus. Maaf ya baru kasih sekarang. Jam istirahat terakhir aku disuruh Bu Uwu tadi." Amma membuka segel tutup botol tersebut lalu memberikannya pada Birendra.
Birendra menerima itu dengan seulas senyum terus terpatri. Kenapa ia merasa euforia karena hal sederhana yang Amma lakukan untuknya. "Makasih, ya."
"Sama-sama." Amma tersenyum.
"Kamu mau minum juga?" Birendra menawarkan.
Amma menggeleng, "Buat kamu aja."
Padahal Birendra telah menghabiskan satu botol air mineral, tapi karena Amma memberikan ini untuknya tak mungkin jika Birendra tolak begitu saja. Rasanya emang beda kalo langsung dari orang tersayang yang ngasih, kayak ada kupu-kupu masuk ke perut.
"Sebentar lagi jemputannya sampe." Birendra melirik jam ditangannya.
"Kita langsung ke rumah Oma, ya." Amma hanya mengangguk menjawab.
"Bi,"
"Em,"
"Kamu kenapa gak bawa kendaraan sendiri?"
"Uhuk!" Birendra tersedak saat minum. Kenapa pertanyaan itu yang harus Amma lontarkan! Seketika Birendra merasa dilema untuk menjawab.
"Birendra, kamu gak apa-apa?" Amma memberikan tisu untuk Birendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Fiksi Remaja"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...