Amma menggeser tubuhnya hingga berada dibagian ujung ranjang. Matanya tak kunjung terpejam sebab disampingnya ada seorang laki-laki yang tengah tertidur pulas. Amma sudah mencoba berbagai cara agar terlelap namun percuma, tubuhnya seolah menolak untuk beristirahat.
Amma sudah pindah ke bawah namun tiba-tiba saja Tina masuk ke dalam kamar Birendra. Dia berkata pada Amma untuk tidur diatas saja. Jika Amma tak menuruti maka Tina akan merasa kecewa. Padahal itu hanya lelucon semata bagi Tina namun Amma mengartikan serius hal tersebut.
Melirik Birendra yang terlihat damai saat tertidur membuat Amma tak ingin mengalihkan perhatiannya. Rambut setengah basah karena air wudhu serta selimut bermotif ikan yang menutupi tubuh hingga pundak, membuat laki-laki itu terlihat menggemaskan.
"Astagfirullah," cepat-cepat Amma menggeleng menghilangkan pikiran negatifnya.
Amma menutup kedua matanya perlahan. Mengosongkan pikiran guna mengundang rasa kantuk agar segera menyerang. Namun usahanya gagal saat merasakan pergerakan di samping tubuhnya. Amma membuka mata lalu melihat ke arah Birendra, ternyata laki-laki itu mengambil guling yang menjadi pembatas diantara mereka untuk dipeluknya.
Hal yang wajib Amma lakukan saat tidur adalah memeluk guling. Dan sekarang guling tersebut telah berada di dekapan seseorang. Lalu apa yang harus Amma peluk sekarang! Ah, lebih baik ia memeluk bantal. Kasur ini sudah empuk, tidak menggunakan bantal sekalipun kepalanya tak terasa sakit.
Kantuk mulai menyerang. Kedua matanya terasa kian berat dan bersiap untuk terlelap. Namun tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang berada diatas perutnya. Dengan daya lemah, matanya terbuka perlahan.
"Astagfirullah," membekap mulutnya langsung agar tidak berteriak keras. Amma sangat terkejut melihat tangan Birendra memeluk perutnya. Kemana guling tadi? Kenapa posisi Birendra semakin mendekat ke arahnya! Ah, jika seperti ini sudah dipastikan Amma tidak bisa tidur sampai pagi.
Ingin membangunkan Birendra namun tak tega. Tapi jika dibiarkan dirinya yang tersiksa.
Dengan sangat perlahan, Amma memindahkan tangan Birendra dari atas perutnya. Akhirnya Amma bernafas legah saat usahanya berhasil. Baiklah, Amma akan tidur di karpet bawah daripada bertahan di situasi menegangkan seperti ini.
Pagi, subuh.
Amma terbangun dari tidurnya saat merasakan tangan dingin seseorang menyentuh pipinya. Sayup-sayup ia mendengar suara adzan berkumandang dengan merdunya.
"Amma bangun. Ayo shalat subuh."Birendra menepuk pipi Amma perlahan.
"Kamu kenapa tidur di bawah? Gak dingin?"
"Saya ada buat kesalahan kah saat tidur tadi malam?" Birendra takut jika ia telah melakukan sesuatu tanpa sadar.
Amma menggeleng. Membenarkan letak kerudung yang ia kenakan lalu segera berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Cukup beberapa menit, Amma kembali dengan wajah basah karena air wudhu. Melihat Birendra yang berdiri sambil membenarkan letak peci yang ia kenakan sungguh pemandangan yang sangat segar di pagi hari. Apalagi ia telah menyiapkan mukena dan menggelar sajadah untuk Amma di belakangnya. Ah, jika seperti ini terus menerus rasanya Amma bisa diam-diam suka pada suaminya sendiri.
"Amma?"
"Ah, iya." Amma segera berjalan ke belakang Birendra untuk memakai mukena.
"Saya jadi imam ya?"
☘
Amma berjalan di belakang Birendra dengan tangan memegang tali ranselnya. Memandang sepatu Birendra yang terus melangkah maju, pikiran Amma terus melayang tak menentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Teen Fiction"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...