Amma melihat kelas Birendra yang telah sepi. Menengok ke dalam melalui celah pintu, ternyata hanya dua laki-laki yang tengah menyapu. Ah, sepertinya Birendra telah menunggu di gerbang lebih dulu. Saat Amma akan melangkah tiba-tiba saja salah satu laki-laki itu bertanya. "Cari siapa, neng?"
Amma tersenyum samar, "Birendra udah pulang?"
"Udah dari tadi."
Amma mengucapkan terima kasih lalu berjalan menuju gerbang. Berlari menyusuri koridor yangt elah sepi, sesekali pandangannya tertuju ke bawah barang kali ponselnya terjatuh di sekitar sini.
Nihil. Ponselnya tetap tidak ada. Saat sampai di depan gerbang, Amma celingukan mencari sosok laki-laki yang terus berkeliaran dalam benaknya. Mata Amma membulat sempurna saat melihat mobil Birendra hendak berangkat, dengan cepat Amma mencegat mobil tersebut dan berdiri di depannya. Untung saja sang supir telah ahli, dan mobilnya masih belum bergerak sepenuhnya.
"STOPPP!" Amma mengetuk kaca pintu mobil, memastikan Birendra ada di dalamnya.
Saat pintu mobil terbuka, Amma mengernyit heran tidak menemukan Birendra di dalamnya. "Loh? Birendra mana, Pak?"
Pak supir mengernyit, "Saya kira masih di dalam? Tadi saya mau beli pakan ikan dulu di depan tapi keburu dicegat sama neng Amma."
"Coba Bapa telfon Rere. Hp saya ilang soalnya."
Pak sopir mulai menghubungi Birendra. Getaran nada yang tersambung agak lama akhirnya mendapat jawaban dari seseorang dituju, "Hallo Rere,"
"Kenapa, Pak?"
Amma meminjam ponsel pak supir untuk berbicara dengan Birendra, "Rere, ini aku Amma. Kamu di mana?"
"Saya masih di sekolah. Ponsel kamu kok ada di perpus? Ketinggalan?"
Amma mengernyit, "Ah, mungkin iya. Aku tunggu di depan gerbang, ya!"
"Amma tung---"
Amma langsung mematikan sambungan tersebut.Memberikan ponslnya kembali pada sang supir, Amma celingukan menunggu kedatangan Birendra. Pak supir sudah menyuruh Amma untuk menunggu di dalam mobil saja, tapi Amma menolak.
Beberapa menit menunggu kedatangan Birendra akhirnya laki-laki itu terlihat saat keluar dari gerbang. Tangannya membawa dua buku dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Ekhem, kenapa Amma merasa terpesona hanya dengan melihat Birendra berjalan. Tolong, rasa ini terlalu asing untuknya.
"CIHUY! ADA YANG LAGI POLLING IN BULET, NIH! Neng Amma udah mulai suka sama Rere ya?" Pak supir menggoda Amma dengan senyum tertahan.
"Apa sih, Pak! Nggak kok," memalingkan wajahnya, Amma tak ingin pipi merahnya terlihat.
"Atuh gak apa-apa neng. Kan udah SAH!"
"Bilang sah nya gak usah ngegas, Pak." Amma meringis.
"Gak boleh ngegas? Kalo sambil ketawa boleh dong, ya? SAHHAHAHAHA UHUK!"
Amma terbahak saat Pak supir tersedak. Efek samping mempermainkan kata sah cukup berbahaya untuk kebengekan.
Birendra telah sampai di depan Amma. Dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya, Birendra menyuruh Amma masuk ke dalam mobil. "Amma cepet masuk, saya mau ngomong serius."
Amma dan Birendra masuk ke dalam mobil sementara Pak supir pergi untuk membeli pakan ikan yang jaraknya tak jauh dari mobilnya berhenti. Saat mereka telah di dalam mobil, Birendra memberikan ponsel Amma yang ia temui, "Terakhir kamu ke perpustakaan kemarin bukan?"
Amma mengangguk seraya menerima ponsel tersebut, "Iya. Kayaknya tadi gak ada pas aku cari ke sana."
Birendra mengernyit, "Berarti kamu belum chat aku hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JALUR HALAL [TAMAT]
Teen Fiction"Ma, Rere harus tanggung jawab!" "KAMU HAMILIN ANAK ORANG?!" "Rere udah pegang tangan perawan, Ma!" *#* "Kamu tidur dimana?" "Kata Mama sepasang suami istri harus tidur berdua. Kalo pisah ranjang nanti dosa." "Aku gak mau," Birendra menarik tangan...