Hujan Di Bulan November

379 90 21
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen💜

***

2011, Seoul.

Dahulu sewaktu sekolah dasar, Suzy pernah menabung selama satu tahun penuh untuk sebuah Grand Piano. Pada saat itu harga Grand Piano berkisar sangat tinggi, untuk anak sekolah dasar yang uang jajan saja masih harus minta orang tua tentunya tidak mudah mengumpulkan pundi perpundi dalam kurun waktu satu tahun.

Karena tekad dan keinginan Suzy sangat kuat, maka kedua orang tuanya memberi uang saku Suzy lebih dari biasanya. Suzy sangat senang, gadis kecil itu bahkan tidak membeli jajanan sekolah dan selalu membawa bekal bikinan sang ibu demi bisa membeli piano. Suzy pun menitip pesan pada paman pemilik toko musik untuk meyimpan piano incarannya setahun kedepan.

Satu tahun kemudian Suzy kecil datang lagi ke toko musik itu, bersama ayahnya dengan perasaan berdebar yang tak bisa dijelaskan. Keanehan dirasakan Suzy tatkala tidak menemukan Grand Piano incarannya di dalam, dia mencari ke setiap sudut toko namun nihil. Suzy menarik tangan Ayah Bae dengan mata berkaca-kaca, melihat putri kecilnya sedih Ayah Bae lantas bertanya pada pemilik toko musik.

Dan ternyata..

Grand Piano tersebut telah dibeli satu pekan lalu oleh sesorang dari keluarga kaya. Mereka membandrol Grand Piano itu lebih mahal dari harga pasaran. Dengan sangat menyesal sang pemilik meminta maaf pada Suzy kecil namun Suzy terlanjur kecewa dan melarikan diri ke dalam mobil sang ayah sambil menangis keras.

Ada mungkin sekitar tiga hari Suzy mogok makan, mogok sekolah, mogok bicara, tapi kalau nonton kartun pororo tentunya tidak mogok. Suatu malam, Ayah Bae mendatangi kamar tidurnya. Suzy yang masih merajuk segera pura-pura tidur, akting buruknya disadari oleh sang Ayah, beliau terkekeh pelan sambil mengusap kepala putri bungsunya dan berkata.

"Suzy, tahu apa yang lebih indah dari amarah?"

Suzy tetap bergeming—dengan mata tertutup rapat—namum bibir kecil merah muda bocah itu semakin maju.

"mengikhlaskan sesuatu yang bukan untukmu,"

Sedikit demi sedikit kelopak mata Suzy terbuka, ia menatap Ayah Bae dengan raut bingung.

"sejauh apapun kau mengejar dan berusaha, jika bukan ditakdirkan untukmu, tak akan jadi milikmu."

Suzy si bocah kecil itu bangun dari tidur, duduk menghadap ayahnya sambil berkedip beberapa kali. "maksud ayah?"

Ayah Bae menyejajarkan posisinya dengan sang putri, "Suzy kan marah berhari-hari, lalu mendendam sampai tidak ingin bergerak dari kasur. Apa semua amarah itu membuat Suzy lebih baik? Merasa bisa mengubah keadaan? Tidak kan? Nah, kalau Suzy-nya Ayah seperti itu terus, duniamu akan selamanya begitu. Tidak ada kebahagiaan dan penuh rasa marah, jika sudah begitu apa Suzy akan mendapatkan ketenangan hati dan sesuatu yang lebih baik?" Kini Ayah Bae bertanya.

Gadis kecil yang dianugrahi bola mata bulat nan indah itu menggeleng kecil.

"nah itu tahu. Makanya, putriku sayang, relakanlah Grand Piano itu dan belajar menerima ya? Tidak semua yang Suzy inginkan bisa menjadi milikmu, dalam hidup sering kali kita akan dihadapkan dengan kekecewaan. Tapi dibalik semua kekecewaan itu pasti tersimpan hikmah yang mendalam."

Relakanlah apa yang bukan untukmu. Setelah Suzy merelakan Grand Piano, kebahagiaan baru datang padanya ketika mendiang kakanya Bae Junsu datang membawa sebuah gitar cantik dengan ukiran nama 'untuk Suzy, adik kesayangan Junsu' di sisinya.

Seperti kata Ayah Bae sewaktu dia kecil, Suzy akan mencoba mengikhlaskam sesuatu lagi, tapi yang sekarang bukan sebuah benda melainkan sesosok manusia berjenis laki-laki bernama Kim Myungsoo.

Once Upon a Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang