***
From : Kang Seulgi
Suzy, belakangan ini kami tidak tahu kabarmu. Aku, Jisoo dan Yubi khawatir. Apa kau baik-baik saja?
Eum.. aku sebenarnya ragu menanyakan ini tapi .. what happened to you and Woobin? I dunno but, selama bersama dia kau selalu murung terus dan jadi sedikit berbeda? Dia memperlakukanmu dengan baik 'kan? Kalau ada apa-apa kau bisa cerita, pintu kos-kosan Yubi akan selalu terbuka untukmu :)
Ah, satu lagi. Suzy, Bae Suzy kami yang tersayang. Kami harap kau lebih teliti dalam menilai seseorang, apa yang terlihat baik di depan belum tentu dia benar-benar baik (ini soal Woobin), ada yang harus kau ketahui tentangnya. Bisa kita bertemu? Ini penting.
Kim Woobin menggertak gigi setelah 'tidak sengaja' membaca pesan yang Kang Seulgi kirim ke ponsel Suzy. Bisa-bisanya mereka mendoktrin Suzy agar meninggalkannya?! Tidak bisa dibiarkan, Woobin harus menjauhkan orang-orang yang akan memisahkannya dengan Suzy. Kepalanya ia arahkan ke arah kamar mandi dimana Suzy berada, sebelum kekasihnya itu kembali ia segera membalas pesan Seulgi dengan versinya.
To: Kang Seulgi
Tidak sepantasnya kalian berkata buruk soal pacarku! Enyahlah, aku sudah tidak ingin berteman dengan kalian lagi. Woobin saja sudah cukup bagiku. Jangan menyapaku kalau kita bertemu, mulai sekarang aku memutus pertemanan dengan kalian.
Bye, losers.
Laki-laki menekan ikon kirim lalu tersenyum puas, dia juga menghapus pesan tersebut agar tidak ada jejak sama sekali. Tatkala Suzy kembali, Woobin langsung meletakkan ponsel Suzy ke tempat semula dan tersenyum ke arahnya.
"aku mau pulang." Ucap Suzy pelan. Mereka berdua menghabiskan waktu di Busan selama tiga hari—lebih dari satu hari dari yang Woobin janjikan karena laki-laki itu berkeras tidak ingin pulang.
Mendapat raut tak suka dari Woobin, Suzy buka suara lagi. "Ayah dan Ibu sudah curiga, aku tidak bisa terus-terusan bohong pada mereka menggunakan nama Yubi!"
Woobin menyuruhnya berbohong—lagi pada kedua orang tuanya dengan berkata kalau Suzy ikut Yubi pulang kampung selama dua hari satu malam dan sekarang lebih dari perjanjian, kedua orang tuanya terus menelfoni kenapa Suzy tak kunjung pulang. Ada jeda sebentar di antara mereka, Woobin lalu menghembuskan nafas, tangannya meraih Suzy agar duduk di pangkuannya, mau tidak mau Suzy menurut dari pada babak belur lagi.
"oke, kita pulang." Suara serak Woobin terdengar, lelaki itu mengarahkan tangannya menyentuh luka lebam yang ada di atas dada Suzy, merebanya pelan dan mengolesi dengan salep.
"maafkan aku, sayang, ada kalanya aku diluar kendali hingga membuatmu sakit, menderita. Kau mungkin membenci aku, tapi.. semua ini karena rasa takutku. Sebegitu cintanya aku padamu sampai aku takut kehilanganmu. Satu-satunya cara agar kita terus bersama ya ini, dengan terus mengikatmu."
Suzy sudah terisak.
"Suzy, sungguh tidak ada sekali pun dalam hatiku berniat melukaimu. Tapi kau sudah tahu keadaanku, aku.. aku hanya putra seorang Ayah yang sering memukuli istrinya di depan anaknya sendiri. Semua kilasan itu terus menghantuiku dan membuatku jadi seperti ini Suzy."
"aku ingin sembuh, aku ingin menjadi lebih baik bersamamu dan bahagia. Karena untuk menjadi seperti itu pengaruh adanya dirimu sangat besar agar aku bisa berkembang. I need you, so please don't go." Tatapan sendu Woobin membuat ulu hati Suzy teramat nyeri, rasa sesak seakan ia bisa mengerti bagaimana rasanya menjadi Woobin membuat kedua tangan Suzy terulur untuk memeluk laki-laki itu, menghapuas air matanya dan mengagguk sebagai tanda bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan Woobin.