tulis ulang gaes untung masi inget
***
Sebenarnya, Suzy pun sama dengan Myungsoo. Ingin menikah. Bahkan dirinya sering membayangkan mengenalkan Myugnsoo pada semua orang dengan bangga termasuk kepada orang tuanya. Pria itu membuatnya merasa cukup hanya dengan memilikinya.
Akan tetapi keadaan yang tidak memumpuni membuat Suzy berpikir ulang. Akan menimbulkan pergunjingan kalau dirinya tiba-tiba mengumumkan pernikahan dengan pria lain apalagi dalam keluarga besarnya. Hal tersebut hanya akan menyulut api rumor bahwa dirinya adalah perempuan gampangan—salah satu sepupu Suzy yang menyebar rumor ini, Suzy tak terlalu memikirkan posisinya, tapi ini menyangkut Ayah dan Ibu. Suzy tidak ingin mereka menanggung malu hanya karena banyak rumor tentangnya. Sudah cukup Suzy menyusahkan keduanya di masa lalu.
Namun, ketulusan Myungsoo dan keseriusannya yang terbukti saat pria itu dengan berani menemui kedua orangnya untuk meminangnya harus diacungi jempol. Suzy terharu sekaligus kesal akan hal itu, terharu karena Myungsoo membuktikan ucapannya dan kesal karena Ayah berusaha menyulitkan niat baik pria itu.
"Ayah tidak bisa menyusahkan Myungsoo seperti itu! Tidak lihat kini kulitnya menggelap?! Setega itu Ayah membuat anak orang menderita!" gertak Suzy ketika meminta Ayah bicara dua mata di dalam rumah.
"lantas kau mau apa? Menghentikan Ayah? Coba saja." berbeda dengan Suzy yang berapi-api, Ayah berkata demikian dengan tenang.
"aku akan kawin lari dengannya! Lihat saja, Myungsoo mau ku bawa kabur dan kami akan hidup bahagia bersama." Ancam Suzy.
"anak gila! Secinta itu kau padanya sampai mau membuang orang tua yang membesarkanmu, huh?" Ayah bangkit, matanya membuka lebar dengan tangan yang berkacak pinggang. Keduanya melanjutkan perseteruan saat Myungsoo tak sengaja menguping dari luar rumah.
"jangan khawatir, mereka memang sering bertengkar tapi cepat juga akurnya." Ibu berkomentar, tangan lentiknya mengisi gelas Myungsoo dengan es teh lemon.
"saya jadi tidak enak."
Ibu menatap lekat-lekat ke arah Myungsoo. "kulitmu memang agak menggelap, ya? Ck, suamiku terlalu keras padamu."
Ia lalu tersenyum, mengabaikan teriakan-teriakan Suzy dan Ayah dari dalam. "melihat putriku yang sangat membelamu, aku rasa dia telah menemukan orang yang tepat,"
"jujur saja, ini kali pertama aku mendapati Suzy mempertahankan seorang pria habis-habisan. Dan kau juga memperjuangkan Suzy mati-matian, kalian pasti sungguh saling mencintai." Lanjutnya kemudian tersenyum kecil. Myungsoo menimpalnya dengan anggukan pelan.
"kalau sudah seperti itu, bagaimana mungkin aku tidak meretui kalian?"
Myungsoo menengadah, tertegun dan memandang penuh arti ke arah Ibu dari perempuan yang ia cintai. "terimakasih, saya.. lega mendengarnya." Ucanya sungguh-sungguh.
Namun jangan senang duku, karena setelah menerbangkan Myungsoo ke awan, Ibu malah menjatuhkannya kedasar jurang dengan perkataannya. "tapi Myungsoo, soal bunga-bunga yang kau tanam, walaupun sudah berkuncup bukan berarti bunga itu akan terus tumbuh sehat. Bisa saja mati esok harinya, apalagi sekarang musim kemarau. Ck, aku rasa ini tidak akan berhasil." Setelah berkata dengan tidak ada perasaannya, Ibu meninggalkan Myungsoo begitu saja dalam keadaan shock bukan main. Apa-apaan itu? Katanya merestui?!
Bisa-bisanya dia...?
***
"kau tidak perlu sampai seperti itu."
Myungsoo menggeleng, "harus seperti itu biar bisa terus bersama."
Suzy membuang nafas kasar, "kau tidak sadar kalau Ayah sedang mengerjaimu? Harusnya kau lebih sabar. Bukankah aku sudah pernah bilang lebih baik kita memberitahu mereka secara perlahan? namun kau memilih bertindak gegabah daripada mendengarkan aku," tangannya yang sedang mengikat dasi Myungsoo menarik sisi dasi yang panjang membuat Myungsoo sedikit tercekik.