Happy reading
Jangan lupa untuk memberikam vote dan komentar, terimakasih💜***
2011
Woobin membawa Suzy ke sebuah tempat yang lelaki itu sebut basecamp. Dari pertama masuk saja, kepulan asap rokok sudah menyambutnya. Suara musik begitu keras pun seakan membuat suasananya seperti klub malam. Basecamp ini tidak terlalu besar, di dalamnya ada bar kecil di penuhi minuman keras dan billiard di ruang tengah. Ada pula beberapa permainan arkade. Suzy merasa tidak terlalu nyaman.
Seorang berperawakan tinggi setengah bule yang pernah Suzy temui ketika balap liar kala itu mendatanginya. "akhirnya kita bertemu lagi, manis."
"sudah ku bilang jangan menggoda milikku."
Milikku katanya. Pipi Suzy seketika bersemu merah. Tiga pekan dekat secara intens dengan Woobin, membuat Suzy lebih mengenalnya. Meski kerap bersetelan berandal, tapi nyatanya Woobin tidak seburuk itu. Ya, dia anak yang cukup baik seperti katanya dulu, Woobin sangat berbakti pada ibunya dan sangat manja. Berba ding terbalik bukan dengan imej-nya?
Sehabis diperingati Woobin, si bule yang ternyata bernama Adam Lee itu mundur memperlihatkan senyum mengejek. Woobin membawa Suzy pada teman-temannya, mengenalkan perempuan itu sebagai seseorang spesial. Beberapa orang menggoda Woobin atau mengejek dan beberapa lagi hanya tersenyum kaku menyambut kedatangan Suzy.
"hati-hati Suzy, Woobin itu pemain wanita."
Woobin menutup kuping Suzy oleh kedua tangannya, "jangan didengar, dia itu sesat." Suzy tersipu malu, ngomong-ngomong, dari yang Suzy amati selama ini dia memyimpulkan kalau Woobin itu suka sekali skinship. Seperti memegang tangan, merangkul, berpelukan dan sebagainya.
Well, bukan masalah besar, karena Suzy pun menikmati.
Suzy duduk diantara Woobin dan teman perempuan Woobin yang berambut ombre violet yang pernah bertemu dengannya satu tahun lalu. Wendy, namanya. Perempuan itu tersenyum ramah dan kerap mengajak Suzy berbincang.
"minum, Suzy?"
Suzy menggeleng tatkala Wendy menawarinya minuman keras. Tidak munafik, diumur yang sekarang Suzy pernah minum beberapa kali namun tidak sering. Itu pun sebatas bir atau soju. Namun melihat teman-teman Woobin yang menatap heran ke arahnya sehabis ia menolak gelas dari Wendy, membuat Suzy sedikit tidak enak. Bagaimana jika dia dikira sombong?
"sedikit saja kalau begitu." Cicitnya.
Raut wajah Wendy berubah sumringah, beberapa teman Woobin bertepuk tangan ketika Suzy menghabiskan satu gelas, dua gelas, sampai tiga gelas. Woobin tertawa kecil melihat Suzy yang tipsy, lelaki itu merapatkan badannya pada Suzy dan mengusap surai panjang Suzy.
"mau keluar sebentar?" Woobin berbisik tepat di kuping kanan Suzy sampai membuatnya geli. Setengah mabuk, Suzy mengiyakan menyambut uluran tangan Woobin yang mengarah ke luar.
Keduanya melangkah beriringan dengan tangan yang tertaut. Malam itu musim panas dan suasana di luar sudah sepi. Meski sedikit mabuk, Suzy masih punya setengah kesadaran untuk melihat arloji.
Pukul sembilan malam. Sudah saatnya dia mencari bus untuk pulang, rumahnya yang jauh memakan waktu hampir satu jam. Kalau ia pulang sekarang, artinya sampai rumah pukul sepuluh. Belum lagi jam operasional bus akan segera habis.
"Woobin, aku harus pulang."
Akan tetapi Woobin malah menariknya ke sebuah gang sempit. Jarak Suzy dan Woobin mungkin hanya beberapa senti, sedekat itu Suzy bisa merasakan deru nafas Woobin di wajahnya. "aku tidak mengizinkan pulang."