Happy Reading
Jangan lupa komen dan vote ya agar aku up cepet💜***
Kadang Suzy tak mengerti terhadap semua perhatian dari Myungsoo yang cukup berlebihan. Mencemaskannya bak seorang pacar yang bahkan Woobin saja tidak selebay Myungsoo. Well, mungkin karena laki-laki itu sudah mengangaggap Suzy seperti keluarga sendiri, bisa dimaklumi karena hampir semua sanak saudara Myungsoo tidak menetap di Seoul sehingga Suzy-lah yang menjadi target pelampiasan kasih sayang untuk seorang 'adik perempuannya'.
Suzy beranggapan seperti itu. Lain hal dengan orang-orang yang menatap mereka heran ketika Myungsoo membawelinya ini-itu serta menyiapkan berbagai perlengkapan yang harus Suzy bawa diwaktu demo.
"kalau ada kerumunan menyerbu suatu tempat, jangan ikut-ikutan. Tidak boleh ada di kerumunan nanti terinjak orang. Jangan banyak melamun juga, bisa-bisa tersenggol lalu jatuh dan diinjak orang ingat, kau ini tidak tinggi-tinggi amat. Ah, serta-"
"Myungsoo, aku sangat paham." Suzy memotong ucapan Myungsoo, dia memberi kode kalau sekitar mereka memasang telinga dan mata memperhatikan kicauan Myungsoo yang tak kunjung reda.
Lelaki itu pun mengatup bibir, menyibukkan diri mengemasi ransel milik Suzy. Nah, kan, malu sendiri dengan kebawelannya yang melebihi Ibu Bae. Mana sempat mengatainya pendek, lagi!
"kau sangat terlihat seperti Ayahnya Suzy, ck." Cibir Jongsuk yang sedari tadi ada di depan mereka sedang duduk. Sayang, ucapannya tidak mendapat tanggapan apapun dari Myungsoo.
Hari ini demo dilaksanakan. Pukul tujuh pagi semua mahasiswa harus sudah siap di depan bis-bis yang akan mengantar mereka ke Istana Presiden. Berseragam almamater Universitas Seoul, semua mahasiswa serempak pula membawa beberapa papan bertuliskan keluhan kontra terhadap keputusan pemerintah.
Ngomong-ngomong soal demo ini, Suzy tak memberitahu orang tuanya karena kalau dia memberi tahu bisa-bisa tidak dapat izin dari Ayah Bae. Maka Suzy merahasiakan ikut sertanya dalam demonstrasi pada kedua orang tua perempuan itu.
"bagaimana jika wajahmu ada di televisi?"
"jangan mengada-ngada." Jawab Suzy cuek atas pertanyaan yang Myungsoo beri.
"siapa tahu lah, bisa saja wajahmu terpampang nyata di headline berita apalagi demonstrasi ini cukup ramai. Lalu setelah itu Ibu dan Ayahmu nonton dan boom! Kau akan habis."
Suzy menoleh bengis, "Kim Myungsoo, dari sekian ribu mahasiswa kenapa harus wajahku yang diliput?"
"who knows? Hidup itu sebuah misteri."
"tidak usah dikait-kaitkan. Kehidupanku tidak sespesial itu, tuhan sudah memberi jalan hidup yang datar untukku."
Kim Myungsoo masih saja melancarkan aksi agar Suzy batal ikut demo. Ada-ada saja pikirannya itu, meski wajar dia cemas karena bisa saja nanti Suzy terluka atau terinjak seperti yang Myungsoo takutkan. Tapi kembali lagi, ini Suzy, si keras kepala yang akan berpegang teguh atas semua keputusan pribadinya.
"mau kemana?" Tanya lelaki itu ketika Suzy bangkit membawa pouch milik perempuan itu.
"menjauh dari mulut rombeng sepertimu!" Suzy melengos dan berdecak kesal, biar saja Myungsoo ia tinggalkan di sana. Habis bikin dirinya dongkol sih. Kim Myungsoo memang sebaik malaikat, tapi kalau sesuatu tidak sesuai kehendaknya lelaki itu akan berubah jadi iblis.
Sebenarnya Suzy hendak ke kamar kecil, mengganti pakaian dengan sesuatu yang lebih tipis dikarenakan dia akan dilapisi almamater bisa mati kepanasan kalau pakai dalaman yang tebal. Apalagi cuaca sedang panas-panasnya seperti gurun pasir. Melangkah kaki dibarengi cek notifikasi di ponsel miliknya, Suzy mengernyit tatkala tidak ada satu pun pesan dari pacarnya, Woobin. Bahkan pesan Suzy kemarin malam pun hanya di baca saja, kemana dia?