Malaikat Kecil

436 71 13
                                    

***

Cermin besar di depannya dia tatap lekat. Bukan, bukan cermin yang menjadi fokusnya tetapi perut yang dia rasa kemarin amat rata tiba-tiba saja membesar sedikit-demi sedikit. Tangan Suzy mengelus pelan jabang bayi yang dikandungnya, setelah mencari di internet apa saja efek samping dari aborsi membuatnya sedikit ngeri. Dirinya bisa sja mengalami komplikasi atau pendarahan berlebih, atau mungkin hingga merenggut nyawa.

Tapi, jika Suzy mempertahankan anak ini pun tidak bisa dibayangkan bagaimana semarah apa orang tuanya nanti. Apalagi Woobin yang sudah sepekan ini menghilang tidak ada kabar. Kini dirinya hanya sendiri.

Apa lebih baik dirinya.. mati saja?

Mungkin itu jalan terbaik. Ya, benar. Mau ada ataupun tidak janin ini pun hidupnya sudah berantakan. Dari pada Suzy menjadi beban orang tua di kemudian hari, alangkah lebih baik kalau dia lenyap.

"Suzy mau makan mie dingin—" terkesiap karena tiba-tiba saja Bae Soobin—kakak perempuannya—membuka pintu, Suzy segera menutup kaus longgarnya.

"ketuk pintu dulu, bisa?" sarkas Suzy dengan nada sinis pada Soobin yang lebih tua tiga tahun darinya itu.

Soobin memandang penuh selidik, selangkah demi selangkah mulai mendekati Suzy dengan wajah curiga. Sial, Soobin tidak melihat perutnya, kan?

"kau.." perempuan itu menggantung ucapan. Ditatapnya tubuh Suzy lamat-lamat.

Kemudian tangannya memukul pelan punggung Suzy, "diet sana. Kau gendutan, tahu!" ejek Soobin.

Shit. Hampir saja.

Cukup lama menyelidiki Suzy, perempuan itu berniat pergi namun menoleh lagi. "ngomong-ngomong, Ibu masak mie dingin, siapa cepat dia dapat." Ucapnnya sambil berlari kecil menuruni tangga.

Soobin ingin Suzy mengerjarnya, seperti yang sering mereka lakukan sewaktu kecil. Berebut makanan Ibu yang sebenarnya sangat cukup untuk mereka berdua. Kakaknya yang kini bekerja di luar negeri itu memang jarang pulang, sekalinya pulang mereka berdua pasti berdebat. Berebut apapun yang ada di depan mata. Tak ayal Suzy mengikuti permainan Soobin, namun sekarang, bahkan untuk tersenyum saja Suzy enggan.

"Suzy tidak pernah kelihatan akhir-akhir ini." Bae Soobin berucap pada Ibu yang sedang menyiapkan makan siang.

"dia sibuk tugas akhir."

"Suzy terlihat aneh. Seperti ada yang ditutupi."

Suara nyaring dari mangkuk yang Ibu simpan kasar ke atas meja mengagetkan Soobin. Desahan Ibu serta wajah lelah yang semakin keriput itu membuat Soobin mengernyit.

"jangan bicara aneh-aneh soal adikmu. Suzy anak baik, tidak pernah ada yang dia tutup-tutupi dari dulu pun."

"cih, Ibu dan Ayah sama saja. Selaluuuu membela Suzy, si anak kesayangan. Siapa tahu, diluar sana dia berandal—"

Kesalahannya berkata seperti itu, Ibu mejewer kuping Soobin sampai merah merona. Soobin memekik minta dilepas namun Ibu terus mengomelinya. "Ibu, Ibu sakit buuu!"

Kehadiran Suzy menghentian aksi Ibu. Gadis itu sudah memakai jaket tebal, celana longar dan sepatu kets membuat Ibu dan Soobin mengerut dahi.

"kau tidak gerah? Ini summer lho." Tanya Soobin menatap Suzy amat keheranan. Ibu tak kala menyelidikinya dari atas sampai bawah sampai Suzy gelagapan sendiri.

"aku tidak enak badan," alibinya. "Bu, Suzy mau ke kampus ya? Mau bimbingan."

"di hari libur begini?"

"i-iya, mumpung Prof Cho senggang."

Ibu masih menaruh curiga pada Suzy.

"kalau begitu aku pamit." Suzy segera pergi sebelum ditanyai.

Once Upon a Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang