2013
***
Hari itu menjadi hari kelulusan angkatan 2008 dan 2009. Jongsuk, Haein, Hyungsik serta Jiyeon termasuk ke dalam jajaran mahasiswa-mahasiswa tersebut. Kemarin saat di sekre BEM, semua anggota melakukan perpisahan pada senior-senior yang akan melepas gelas mahasiswa Universitas Seoul. Jongsuk melanjutkan studi ke Canada, Jiyeon dan Hyungsik bekerja di salah satu perusahaan di Busan sementara Haein, laki-laki itu mengambil S2 sembari bekerja sebagai legal Instansi Negara di Gwangju.
Pelantikan Presiden BEM akan segera dilakukan mengingat posisi ketua tidak boleh dibiarkan kosong berkepanjangan. Yang menjadi kandidat terkuat yaki, Kim Myungsoo. Ya, bukan Myungsoo yang mengajukan tapi hampir semua anggota memasukan nama laki-laki itu ke jajaran calon Presiden BEM untuk tahun-tahun selanjutnya. Myungsoo sebenarnya tidak terlalu suka dibebani tugas berat seperti itu, tapi kalau dipikir-pikir boleh juga, dia bisa menulis pengalamannya itu di CV nya nanti.
"jangan sedih tidak ada aku ya." Jongsuk bercakap pada Suzy siang itu di Aula kampus setelah dirinya wisuda. Suzy mencibir, berkata bahwa dirinya akan sangat senang kalau Jongsuk pergi sejauh mungkin—meski hanya candaan— Beranda Aula begitu pada dipenuhi wisudawan yang mengabadikan momennya di kamera, Suzy bisa melihat Jiyeon dan Hyungsik yang sepertinya semakin lengket.
Kemudian matanya tertuju pada Haein, terlihat bahagia memegang buket bunga dengan seorang perempuan di sampingnya yang Suzy tahu bernama Goeun, salah satu seniornya yang akhir-akhir ini sering kedapatan berdua dengan Haein. Tapi, yang jadi fokus Suzy sekarang yaitu sosok laki-laki bertubuh tinggi berjalan ke arah Haein membawa paper bag—sepertinya hadian ditujukan untuk Haein, laki-laki itu Kim Woobin. Ya, mantan kekasih Suzy Kim Woobin yang sudah tiga bulan ini tidak bertatap muka dengannya. Tentu saja ada Woobin, mereka kan teman yang bisa dibilang cukup dekat, belum lagi Woobin itu kan satu angkatan dengan Haein, tapi dia tidak lulus tahun ini.
Suzy tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan disana, tapi bisa ia tangkap Woobin sedang menyelamati Haein. Tapi, kenapa dirinya tak bisa lepas memandangi Woobin sih?
Mencoba melepas pandangan, Suzy menyapa Jiyeon dan berbincang, namun tatkala Jiyeon berisyarat bahwa seseorang mendekatinya Suzy segera menoleh. "Suzy?" suara berat itu membuatnya sedikit terkejut.
Woobin datang dan tersenyum ke arahnya. Suzy mencoba sealami mungkin, membalas senyum Woobin dengan sapaan. "oh, hai. Kau disini?" tanya Suzy basa-basi.
"ya, setidaknya aku harus merayakan kelulusan Haein."
"benar juga, kalian cukup dekat." Balas Suzy, menengok ke samping Jiyeon sudah tidak ada. Sialan, kenapa sih dia harus ditinggalkan? Suzy agak tidak nyaman dengan situasi ini.
Woobin menyadari gelagat Suzy, laki-laki itu membasahi bibir dan mengusap tengkuk. "mau ngobrol?"
"ngobrol.. apa?" tanya Suzy hati-hati.
"ada yang ingin aku sampaikan."
Suzy menatap sekitar, wajahnya terlimat menimang-nimang. "bicara disini saja." Ya, lebih aman.
Desahan bisa Suzy dengar dari mulut Woobin, laki-laki itu menatapnya sebenatar sebelum mengangguk setuju. "aku, aku ingin minta maaf atas semua perlakuan buruk yang aku lakukan padamu,"
"emosiku tidak stabil, Zy. Saat aku marah, aku seperti dikendalikan orang lain. Maka dari itu akhir-akhir ini aku mengunjungi psikiater dan mereka bilang aku mengidap IED, kau tahu kan? Dimana aku sangat meledak-ledak dan berujung melukaimu. Dokter berkata semua ini karena trauma atas sikap buruk Ayah pada Ibu, aku melihat pertengkaran mereka kemudian monster dalam tubuh Ayah pun menguasaiku. Aku tidak ingin seperti ini terus, aku ingin sembuh dan aku berobat. Tiga bulan ini aku melakukan pengobatan dan memaafkan diri sendiri, perbuatan Ayah, menerima masa lalu," kedua sorot Woobin menatap sendu.