*Hai-hai
Gimana kabarnya?
Baca part sebelumnya dulu yaps.
Follow dulu ges
******
Maaf... Gue bohong, hm. Batin Skara. Dia menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. Lalu melamun begitu saja.
"Skara" Sarah berjalan ke arah Skara. Terlihat di tangannya ada selembar kertas.
Dari gerakan tubuhnya, Skara bisa menduga bahwa Sarah tengah marah.
"Lihat! Nilai kamu buruk sekali, Skara!" Sarah melempar kertas tersebut ke arah Skara.
Skara memungut kertas itu di lantai yang ternyata berisi nilai ulangan harian Matematika. Dia mendapat nilai 80.
"Delapan puluh udah besar bagi saya, Ma. Lagian temen-temenku juga dapat nilai di bawah saya. Ada satu anak yang mendapat nilai sembilan puluh, temen saya namanya Arka. Selain itu, nilainya di bawah saya.""Justru kamu yang harus mendapatkan nilai sembilan puluh, Skara! Bahkan harus lebih unggul dari siapapun."
"Tapi delapan puluh udah besar, Mamah!" sela Skara.
Sarah tersenyum miring, memandang rendah Skara. "Bagi kamu nilai segitu tinggi? Kamu gak lihat nilai ulangan Matematika Dimas selalu sembilan puluh! Harusnya kamu sebagai kakak lebih unggul nilainya. Saya juga lihat nilai-nilai di rapot kamu juga jelek semua gak kayak Dimas."
Skara menghela napas panjang-panjang sambil memejamkan mata sejenak. Sungguh, kepalanya sangat pusing. Dia tidak enak badan sejak dari sekolahan dia mimisan. Namun, baru saja pulang ke rumah, Skara sudah mendapat amukan Sarah. Apalagi sampai di bandingkan dengan orang lain. Hal itu yang tidak pernah Skara sukai.
"Gak usah banding-bandingin saya sama anak itu. Itu Dimas bukan saya. Saya ya saya, Dimas ya Dimas."
PLAK!
Jawaban dari Skara membuat Sarah murka. Anak itu seperti tidak tahu diri menurutnya. Hal itu membuat Sarah tak segan menampar Skara beberapa kali pada pipi sebelah kiri.
"Woy! Malah ngelamun!"
Skara terperanjat saat Shenna mengagetinya. Lamunanya tentang kejadian tadi seketika buyar.
"Iya, sorry."
"Sini gue kompres pipi lo. Ada es batu kan di rumah lo?"
"Gak usah. Lagian gak sakit juga."
"Enggak sakit apaan, ini kayak bekas tamparan. Kalau sampai merah gini pasti kenceng banget tuh."
Sarah yang sedang berjalan tak sengaja mendengar apa yang tengah dibicarakan Skara dan Shenna. Dia pun berbelok arah menuju ke ruang tamu.
“Ini temen kamu, sayang?” tanya Sarah sembari mendekati Skara. Tangannya terangkat membelai rambut anaknya.
Skara tercengang akan perlakuan Sarah, tetapi ia menghela napas lega seraya mengelus dadanya.
Syukurlah, mama gak marah di depan Shenna.
“Iya, namanya Shenna.” Sahut Skara.
Shenna mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Sarah. "Salam kenal, Tan."
“Cantik juga ya pilihan kamu buat di jadikan calon mantu Mama,” ucap Sarah membuat pipi Skara dan Shenna memerah muda. Mereka menunduk tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKAR
Teen FictionPROSES REVISI Askara Putra Reynand. Laki-laki dengan sifat dan sikap yang susah untuk ditebak. Hidup di jalanan sebagai ketua geng motor itu pilihannya. Karena, rumah tempat singgah itu omong kosong. Baginya, rumah adalah tempat dimana air mata bera...