"Rasanya jatuh cinta yang pertama kali gimana, Ar?" tanya Skara yang ditujukan pada Arka.
Arkananta yang tengah menyeruput kuah bakso level terpedas pun tersedak hingga terbatuk-batuk mendengar pertanyaan yang rasanya aneh jika itu keluar dari mulut seorang Skara yang angkuh dan tidak mau mengenal cinta.
Bukan hanya Arka yang terkejut, bahkan Sagara yang sedang tertidur di sofa pun langsung membuka matanya.
"I didn't hear wrong, right?" Sagara merubah posisinya menjadi duduk, menatap wajah Skara yang terlihat sangat serius. Sagara menampol pipi kanan dan kirinya lalu mencubitnya sekeras mungkin sampai meringis kecil. Ini bukan mimpi, kan?Setelah Arka menormalkan kondisinya dengan meneguk sebotol air mineral, dia langsung mendekat ke arah Skara, mendudukkan dirinya di sebelah Sahabatnya itu. "Akhirnya sahabat gue kena Virus cinta. Tinggal Angkasa yang belom, yeay!" Arka bersorak heboh. Bertepuk tangan, terlihat raut wajahnya pun ikut sumringah.
"Langsung intinya, Ar." Kata Skara—laki-laki yang begitu minim untuk basa-basi.
"Jatuh cinta itu satu kali seumur hidup, kalau berkali-kali namanya...." Arka sengaja menjeda ucapannya agar Skara penasaran dengan apa yang akan ia ucapkan. Benar saja, Skara menatap wajah Arka dengan serius dan mantap. Bahkan, sampai tidak berkedip. "Playboy, hehe." Lanjut Arka diakhiri dengan tawanya.
"Brengsek!" Skara menyapu pandangannya ke arah lain sembari memukul bantal sofa yang berada di sebelahnya dengan sedikit emosi. "Salah gue tanya sama playboy cap gopek kayak lo!" cecar Skara.
Arka tertawa melihat raut wajah kesal sahabatnya.
Sementara Sagara, dia berdiri lalu mengambil ancang-ancang untuk merangkul Skara. "Jangan gitu, Ar. Skara itu butuh bimbingan tentang sejarah jatuh cinta," seloroh Sagara. Dia mendekatkan wajahnya ke arah telinga Skara lalu membisikkan sesuatu, "Emang siapa orang yang udah buat lo jatuh cinta?"
Pipi Skara mendadak memerah muda. Lantas, dia mendorong wajah Sagara dadi hadapannya. "Gue cuma tanya rasanya jatuh cinta itu gimana, bukan gue lagi jatuh cinta beneran." Skara memasang raut wajah kesal, dia berdiri hendak melangkah pergi.
Arka merubah wajahnya menjadi sangat serius, dia berdeham singkat. "Ngambekan lo kayak cewek! Sini duduk, gue ceritain fase jatuh cinta," ucap Arka.
Skara memutar bola matanya malas, enggan menatap Arka yang sudah membuatnya kesal. Namun, hal itu tidak membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya seperti tadi kepada Arka—si pejuang cinta. Skara duduk kembali menatap fokus Arka yang akan membuka suara.
"Gue belum pernah ngerasain jatuh cinta, Kar. Tapi gue tau sedikit tentang makna itu."
"Gak pernah jatuh cinta tapi pacarnya lima," sela Skara sembari tertawa renyah.
"Bedain antara suka sama cinta, Kar. Suka itu cuma perasaan lo tertarik sama sesuatu. Gak harus sama orang. Kalau sayang itu ditujukan pada siapapun. Tapi kalau cinta, rasa unik yang cuma ditujukan pada satu orang terpilih."
Arka menegakkan tubuhnya, tangannya yang semula saling menaut, kini terbebas dan beralih mengetuk-ngetuk keningnya seraya berpikir. "Kalau gak salah, kata Kahlil Gibran cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalannya. Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk disakiti."
"Gue gak paham, Ar. Gue pusing, hm." Skara menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi, melipat kakinya dan tangannya memijat kening yang mendadak pusing karena penjelasan Arka. Tentang cinta, itu hal masuk akal bagi seorang Askara Putra Reynand yang dikenal tidak pernah mengenal cinta apalagi mau berurusan soal percintaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKAR
Teen FictionPROSES REVISI Askara Putra Reynand. Laki-laki dengan sifat dan sikap yang susah untuk ditebak. Hidup di jalanan sebagai ketua geng motor itu pilihannya. Karena, rumah tempat singgah itu omong kosong. Baginya, rumah adalah tempat dimana air mata bera...