"Thanks, Ska."
Skara mengantarkan Shenna sampai ke depan pintu rumahnya. Laki-laki itu mengangguk sebagai jawaban lalu memperlihatkan senyumannya sambil merapikan beberapa helai anak rambut Shenna yang menutupi mata. "Bahagia?"
"Bahagia lah. Gue ngerasa beruntung banget malam ini," balas Shenna.
"Gue yang beruntung karena dapetin hati lo," seloroh Skara.
Laki-laki itu merasakan ada getaran pada pahanya. Sudah dipastikan itu dari ponselnya yang berada di saku celana. Lalu, Skara mengambil ponsel itu dan membukanya. Ternyata pesan dari nomor tak dikenal yang sempat mengirimkan pesan juga sewaktu mereka masih makan.
08××××××: Foto
08××××××: Takdir lo bukan bahagia, Skara."Dari siapa?" tanya Shenna.
"Nomor nyasar dari pinjol," kilah Skara berbohong. Dia tak mau membuat Shenna cemas karena pesan teror dari orang asing itu.
Shenna manggut-manggut.
"Udah malem, gue mau pamit sama Ibu lo terus pulang," kata Skara.
"Jangan, nanti ibu marah kalau tau pulangnya sama lo. Kan, gue sama Bang Arka perginya."
"Ya udah, lo masuk gih."
"Shenna." Panggil Lina dari dalam rumah. Wanita itu mendengar suara anaknya tengah berbincang dengan seorang laki-laki.
Shenna mendelikkan matanya saat namanya dipanggil Lina. Apalagi, derap langkah wanita itu yang sepertinya semakin dekat dengan jarak Shenna dan Skara. Tanpa berlama-lama lagi, Shenna menarik tangan Skara untuk ikut bersamanya, mereka berdua bersembunyi di samping rumah.
"Mau ngapa— mmmpph."
Shenna membekap mulut Skara. "Nanti Ibu marah sama gue," balas Skara.
Skara menurunkan tangan Shenna dari mulutnya, lalu berbicara dengan nada pelan. "Karena lo perginya sama Arka terus pulangnya sama gue?"
Shenna menggelengkan kepalanya. "Bukan itu aja. Ada masalah lain."
"Lho Shenna kok gak ada? Perasaan tadi ada suaranya." Lina merotasikan bola matanya, namun tidak ada siapapun di luar rumah ataupun halaman sekitar rumahnya.
"Masalah apa? Ibu kan udah kenal gue."
Samar-samar, telinga Lina menangkap suara itu. Spontan, dia memincingkan matanya ke sumber suara. Dengan langkah pelan, Lina mendekati arah suara itu.
Shenna tahu kalau Lina semakin mendekat ke arahnya, dia tahu dari suara langkah kaki Ibunya. Akhirnya, Shenna menarik Skara lagi untuk mengikutinya.
Shenna membawa Skara masuk ke kandang kambing milik tetangga di samping halaman rumah. Masih dengan tangan yang membekap mulut Skara. "Please, Ska. Diem dulu, nanti gue ceritain kenapa gue ngajak lo sembunyi kayak gini."
Skara melepaskan tangan Shenna yang menutupi mulutnya. Hampir tidak ada jarak diantara keduanya. Deru napas Shenna semakin terdengar di telinga Skara, hangatnya pun sampai membelai wajahnya. Kemudian, tangan Skara terangkat membelai wajah Shenna, lanjut merapikan anak rambut gadis itu.
"Shenna," bisik Skara di telinga Shenna. Suaranya sangat pelan. Setelah itu, Skara menatap lamat wajah gadisnya, semakin mendekat wajah mereka membuat jantung Shenna berdebar tak karuan.
"Ma-mau nga-ngapain?" tanya Shenna dengan gugup.
"Jangan takut." Skara memejamkan matanya, lebih mendekatkan wajahnya lagi pada wajah Shenna.
Cup.
Bukan Shenna yang dicium Skara, melainkan kambing yang sengaja Shenna tarik untuk menggantikan posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKAR
Teen FictionPROSES REVISI Askara Putra Reynand. Laki-laki dengan sifat dan sikap yang susah untuk ditebak. Hidup di jalanan sebagai ketua geng motor itu pilihannya. Karena, rumah tempat singgah itu omong kosong. Baginya, rumah adalah tempat dimana air mata bera...