23. Terluka Tapi Tak Berdarah

3K 216 87
                                    

“Skara, abang Ka!"Teriak Shenna memanggil Skara.

Skara dan Arka memutar tubuhnya ketika mendengar namanya dipanggil.

Shenna berlari menghampiri kedua laki-laki itu yang jaraknya lumayan jauh dari posisinya. Dia memberhentikan langkahnya di depan Skara dan Arka. Napas Shenna terlihat terengah-engah, dia mencondongkan tubuhnya ke bawah dengan kedua tangannya di atas lutut.

“Kan udah sering gue ngomong Na, jangan lari-lari atau teriak kalau manggil orang," seloroh Skara.

"Atur napas dulu, Shen. Baru ngomong," kata Arka.

Shenna menegakkan tubuhnya lalu menarik napas panjang. Raut wajahnya benar-benar terlihat panik. “Ga-ga gawat," ucapnya terbata-bata.

“Gawat kenapa?” tanya Arka.

“Tadi gue disuruh bu Inces beli nasi padang di deket lampu merah karena dia lagi ngidam. Nah pas gue mau balik ke sekolah, gue lihat ada anak-anak diseret sama anak geng motor Argasa. Pas gue mau tolong mereka, bu Inces udah nelponin gue terus disuruh cepet jadinya gue langsung buru-buru balik ke sini. Tadinya mau izin ke sana lagi buat bantu mereka," jelas Shenna.

“Hah! Lo serius?" tanya Arka. Dia terkejut bukan main, perasaannya mendadak gelisah.

Shenna mengangguk. "Kayaknya mereka mau dipaksa buat jadi pengemis deh."

“Sialan!” umpat Arka murka. Dia langsung pergi meninggalkan Shenna dan Skara tanpa basa-basi. Hatinya mendadak khawatir dengan nasib anak-anak itu.

“Gue mau ke ruang Bk buat minta surat izin keluar sekolah. Habis itu nyusul Arka," kata Skara.

Shenna meraih pergelangan tangan Skara yang hendak berjalan guna mencegahnya. "Gue ikut ya?"

"Lo kasih pesenan bu Inces aja Na. Tunggu kabar dari gue di sini."

Shenna pun mengangguk, menuruti perkataan dari Skara.

*****

“Berhenti!” teriak Arka dengan suara berat yang begitu melengking saat dia baru saja menepikan motornya.
Lampu lalu lintas itu masih merah, banyak kendaraan yang berhenti di situ. Arka berjalan melewati sela-sela jalanan yang cukup padat kendaraan. Tanpa berpikir apa-apa, dia langsung menarik kerah Nathan ketua Argasa yang memaksa anak-anak untuk mengamen di jalanan.

“Brengsek lo!” Arka menghempaskan Nathan hingga terjerembab ke aspal. Dia membungkuk, menarik kerah laki-laki itu lagi.

“Lo nyuruh adik-adik gue buat ngamen hah? Lo kurang uang? Lo tahu gak, mereka anak yatim piatu! Gak punya orang tua, gak seberuntung lo semua yang masih bisa minta duit ke orang tua!” serkah Arka. Dia sangat murka, amarahnya mulai mendidih hingga berada di paling puncak. Hawa panas mulai keluar dari diri Arka.

Nathan mengangkat sudut bibirnya. Dia mengukir tawa sinis ke arah Arka. Kemudian, mendorong dada bidang milik sang lawan. Dia bangkit merapikan jaket kebanggaan Argasa.

“Ternyata ini adik-adik lo? Haha. Gue semakin tertarik buat mainin mereka biar lo juga ngerasain apa yang gue rasain.” Nathan menghela napasnya lalu melanjutkan ucapannya.
“Dan gue denger tadi lo ngomong kalau gue beruntung masih bisa minta duit ke orang tua? Lo salah besar! Gue sama kaya mereka. Gak punya orang tua! Lo tahu siapa penyebabnya? Ketua brengsek lo!”

“Terus kenapa lo jadiin mereka pengamen? Seharusnya lo ngerasa senasib sama mereka."

“Semua karena uang, karena semenjak bokap gue di bunuh ketua lo, hidup gue hancur!” serkah Nathan.

ALASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang