"Shen. Tungguin gue, woy!" teriak Galang. Dia mengejar langkah Shenna dari kelas menuju ke arah kantin yang sering disebut dengan sebutan 'WARTENG' alias 'warung tengah'.
Shenna mengerem langkahnya lalu memutar tubuh dengan gerakan malas. "Mau ngapain sih ngikutin gue terus?" tanyanya dengan nada sedikit kesal.
"Kan, biasanya kita lengket kayak perangko. Kemana-mana selalu bareng."
"Tapi, gue lagi pengin sendiri, Galang!"
Galang memutar bola matanya malas sambil berujar, "Dih, masih galau lo soal Skara?"
"Bukan urusan lo," ketus Shenna.
"Ya udah gue ke kelas, gak ikutin lo lagi," kata Galang sambil memutar balik tubuhnya dan berjalan pelan meninggalkan Shenna.
Shenna hendak berjalan kembali ke arah tujuannya, namun, tidak sengaja pandangannya menangkap rombongan Alaskar di warung tengah.
Lalu, Shenna mengejar langkah Galang dan berusaha meraih pergelangan tangan laki-laki itu. "Eh Galang, Galang. Kita makan bareng."
"Kenapa berubah pikiran gitu? Kesambet apa lo?" tanya Galang, dia mengernyit heran.
"Biar ada temennya," kata Shenna. Saat mengatakan itu, pandangannya bukan mengarah ke Galang, melainkan memandang ke arah warung tengah.
Galang tak percaya dengan ucapan Shenna, dia pun mengikuti arah pandang gadis itu. Rupanya, gadis itu tengah memandang inti Alaskar yang sedang asik makan dan bersenda gurau. Tentunya, objek utama mata Shenna adalah Skara.
"Oh mau manas-manasin Skara ceritanya?" tanya Galang.
Shenna menoleh ke arah Galang. "Enggak, apaan sih!" ketusnya.
"Yaelah, Na. Gue temenan sama lo dari kecil, gue tahu lo jujur atau bohong."
"Ya intinya gitu. Mau, gak?" tanya Shenna.
"Iya, iya. Hitung-hitung sambil Pdkt-an, hehe."
Kemudian, Shenna dan Galang masuk ke dalam kantin. Mereka memilih bangku yang paling dekat dengan inti Alaskar.
Di bangku seberang, tepatnya bangku yang diduduki anak-anak Alaskar, ada pasang mata yang menatap Shenna. Tapi, kali ini tidak dengan senyuman, melainkan dengan garis bibir yang lurus, ekspreksinya biasa saja. Menatapnya pun hanya sekilas lalu menyantap kembali makanannya.
Hal itu mengundang perhatian para sahabatnya atas sikap Skara yang berbeda, termasuk Ares yang jiwa keponya sering meronta. "Tumben gak ayang-ayangan. Lagi marahan lo sama Shenna?"
"Iya, gak biasanya lo sama adek gue cuek-cuekan," timpal Arka.
"Lagi ngambek ceritanya," imbuh Sagara.
Skara menegakkan tubuhnya lalu mengedikkan bahunya acuh. "Biasa aja."
Di seberang bangku sana, ada Shenna yang sengaja mendengarkan perbincangan inti Alaskar Geng. Tiba-tiba, tangannya yang sedang memegang tisu, kini meremat benda itu hingga menjadi kusut.
Terlihat, Dewi mendatangi meja inti Alaskar dan berbincang dengan Skara. Samar-samar, Shenna mendengar kata 'Camping' yang menjadi bahan pembicaraan mereka berdua.
Mungkin, mereka berdua mau camping, kali, ya. Kan, bentar lagi mau liburan semester. Pikir Shenna dalam hatinya.
Entah mengapa, Shenna merasa cemburu dengan kedekatan Dewi dan Skara. Meskipun, dia tahu kalau mereka berdua menjabat sebagai ketua dan wakil osis, tentunya akan sering berinteraksi.
"Woy, Na!" pekik Galang saat menyadari Shenna sedang melamun sambil memandang ke arah Skara.
Shenna terlonjak kaget. "Apaan sih, ngagetin aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKAR
Novela JuvenilPROSES REVISI Askara Putra Reynand. Laki-laki dengan sifat dan sikap yang susah untuk ditebak. Hidup di jalanan sebagai ketua geng motor itu pilihannya. Karena, rumah tempat singgah itu omong kosong. Baginya, rumah adalah tempat dimana air mata bera...