19. Sadboy

3K 265 146
                                    

Sudah satu jam lamanya Dimas menunggu Skara, tapi kakaknya itu belum juga menampakkan diri. Tentu Dimas sangat khawatir, apalagi beberapa kali dia berusaha menghubungi ponsel Skara tapi nomornya tidak aktif. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi dari rumah sakit untuk menjemput langsung Skara di Smk Nusa Jaya.

Dimas mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal sambil berusaha menghubungi kembali ponsel Skara. Dia mengambil jalan tikus yang sepi agar cepat segera sampai di tujuan. Di depan jalan sana, Dimas melihat segerombolan orang di tepi jalan, orang-orang yang terlihat bingung serta bimbang harus melakukan apa. Akhirnya Dimas menepikan mobilnya lalu menghampiri segerombolan orang tersebut.

"Permisi, ini ada apa Pak, Bu?" tanya Dimas.

Orang tersebut menoleh serentak dengan perasaan khawatir yang masih menyelimuti. Seseorang menjawab, "Ini ada orang pingsan, Mas."

Mendengar itu, Dimas langsung menoleh ke bawah. Lututnya langsung lemas dan jatuh tepat di sebelah orang pingsan tersebut.

"Bang Skara!" Teriaknya lalu reflek mengangkat kepala Skara dan menidurkannya di pangkuan.

"Bang bangun, abang kenapa?" tanya Dimas sembari menepuk-nepuk pipi Skara pelan. Nadanya cukup bergetar karena begitu panik.

Warga itu melengak heran saat pemuda yang menghampirinya barusan memanggil pria yang pingsan itu dengan sebutan untuk seorang kakak.

"Tadi kami lihat anak ini sudah pingsan dan memakai baju pasien, apakah dia kabur dari rumah sakit?"

"I-iya. Tolong bantu saya bawa bang Skara ke mobil!" titah Dimas lalu bergegas menuju ke mobilnya untuk membukakan pintu, sedangkan Skara dibawa oleh warga.

"Terimakasih sudah menolong kakak saya."

******

Dimas membawa Skara ke rumah sakit tempat semula laki-laki itu dirawat. Dia masih menunggu dokter keluar dari ruangan ICU. Sambil menunggu, Dimas duduk di salah satu kursi tunggu lalu mengambil ponsel guna menelepon kedua orangtuanya.

"Hallo, Dim. Kenapa?"

"Papah, bisa ke rumah sakit sekarang? Bang Skara butuh papah."

"Skara belum sadar?"

"Sudah, tapi kondisinya semakin parah."

"Kok bisa?"

"Nanti Dimas jelasin di sini. Sekarang papah ke rumah sakit ya?"

"Iya, habis meeting papah ke rumah sakit."

"Sekarang pah!" Suara Dimas kian meninggi.

"Enggak bisa, Dim. Ada meeting penting."

"Lebih penting meeting ya?" terdengar suara Dimas sangat kecewa. Apalagi saat dia mendengar suara sekretaris kantor papahnya yang memanggil nama pria itu.

"Maaf, papah meeting dulu."

Setelah sambungan telepon dengan Herman terputus, Dimas berusaha menghubungi Sarah.

"Hallo, mah? Mamah bisa ke rumah sakit sekarang? Bang Skara lagi butuh mamah."

"Bukannya kata Bibi, kakak kamu sudah sadar dan kondisinya sudah membaik?"

"Iya, tapi ada sesuatu yang buat bang Skara kritis, Mah. Please, Dimas mohon mamah ke sini ya?"

"Iya setelah arisannya selesai, mamah langsung ke rumah sakit."

Hati Dimas sakit ketika mendengar jawaban dari kedua orang tuanya yang hanya memikirkan kesibukan masing-masing. "Apa kalau Dimas yang sakit, mamah juga gak peduli?"

ALASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang