Yang Paling Gila

101K 3.7K 187
                                    

Stefan jatuh tertidur setelah mendapat pelepasannya yang kesekian. Bermain dengan Hera memang selalu membuatnya lupa waktu. Stefan bahkan tidak ingat jika Andini bisa pulang kapanpun dan memergokinya tidur telanjang diatas ranjang yang berantakan. Bila itu terjadi, Andini pasti akan tahu jika beberapa saat lalu telah terjadi percintaan yang sangat hebat antara Hera dan Stefan.

Pintu kamar mandi terbuka dan Hera keluar dengan kepala terbalut handuk putih. Dia baru saja keramas untuk menghilangkan jejak cairan Stefan yang menempel dirambutnya.

Hera mengusap sejenak rambutnya yang basah kemudian meletakan handuk disandaran kursi. Dengan rambut setengah basah Hera keluar dari dalam kamar. Menuruni anak tangga dengan dagu terangkat. Langkahnya sangat mantap, tidak ada sedikitpun rasa takut atau setidaknya rasa bersalah yang hinggap dihati Hera.

Pada anak tangga terakhir Hera berdiri mengamati ruang tengah yang lenggang. Matanya menyisir sudut-sudut rumah dan berhenti pada sekat dapur yang terbuka. Ah ternyata disana.

Hera kembali melangkah, memasuki dapur yang remang-remang. Cahaya matahari sore memantul dipermukaan tembok namun tetap tak mampu menerangi keluruh ruangan besar itu. Sinarnya justru membuat seseorang yang duduk meringkuk dipojok ruangan terlihat semakin menyedihkan.

Andini mengangkat wajah ketika merasakan kehadiran seseorang. Melihat tampilan Hera yang hanya mengenakan kemeja putih panjang dan rambut setengah basah sukses membuat tangis Andini makin keras.

Bayangan dua tubuh tanpa busana saling bergerak meraih kepuasan berputar dikepala Andini. Membuatnya menjambak rambutnya sendiri, berharap kilasan kejadian tadi hanyalah mimpi. Suaminya tidak berselingkuh dan sahabat baiknya tidak mungkin berkhianat.

"Biarpun kamu meringkuk seharian disana itu tidak mengubah kenyataan bahwa suami yang sangat kamu cintai baru saja bercinta dengan wanita lain." Dengan santai Hera membuka kulkas, mengambil gelas dan botol minum. Sambil fokus menuangkan air kedalam gelas Hera kembali berucap.

"Kamu benar. Suamimu memang sangat kuat," ucap Hera. Ia berbalik, bersandar pada  Kitchen Counter menghadap Andini dengan tangan kanan memegang segelas air dingin.

"Apa aku harus berterimakasih karena kamu, aku bisa merasakan sensasi bercinta 7 jam nonstop." Hera tersenyum kemudian meneguk minumannya dengan elegan, seolah segelas air dingin itu adalah wine mahal.

Rambut panjang Andini yang biasa rapi kini terlihat kusut dan mencuat kemana-mana. Suara Hera terdengar berdengung ditelinganya. Isi kepala Andini kacau dan dia tidak mampu berpikir jernih ketika matanya melirik pisau tidak jauh dari tempat Hera berdiri.

Pandangan Andini terangkat, perlahan ia mulai berdiri. Tatapan Andini yang ganjil membuat Hera diam-diam melirik kearah pisau yang tergeletak didekatnya. Ketika Andini merengsak maju untuk mengambil pisau itu, Hera terlebih dahulu menjangkaunya dan melempar pisau itu menjauh dari jangkauan Andini. Andini berteriak kesal lantas beralih menarik kencang rambut Hera.

"ANDINI, KAMU GILA!!" pekik Hera kesakitan. Ia berusaha menjauhkan tangan Andini dari rambutnya, tapi Andini justru makin menjadi-jadi.

"IBLIS! KAMU IBLIS!" Andini berteriak. Keras suaranya membuat Stefan terbangun. Pria itu melompat dari ranjang dan bergegas berlari keluar kamar. Firasatnya mendadak buruk.

"HERA!" panggil Stefan panik. Dia marah saat melihat Andini menarik rambut kekasihnya.

"Wanita sialan, lepaskan tanganmu dari Hera!" Stefan menyentak Andini hingga wanita itu tersungkur menabrak meja makan.

Andini termangu. Ia menatap Stefan dengan pandangan kosong. Mengasihani dirinya sendiri ketika sang suami lebih memilih memeluk perempuan lain tepat didepan matanya sendiri.

Mengapa Stefan tega melakukan semua ini padanya? Apa salah Andini hingga mereka memperlakukannya seperti pecundang.

"Jahat... kalian sangat jahat, hiks!" Andini tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan semenyedihkan ini. Lima tahun pernikahan yang dia anggap sempurna sekarang hancur hanya dalam satu hari.

"Kamu!" Andini menunjuk Hera, "Salah apa aku padamu, hingga kamu tega merusak pernikahanku. Bukankah selama ini kita teman? Kenapa seorang teman justru menghancurkan hidup temannya sendiri? Kenapa Hera? KENAPA?!"

"Hentikan omong kosongmu!" sela Stefan. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Hera. Stefan tidak ingin Hera sakit hati mendengar ucapan Andini. Pria itu sepertinya lupa siapa sebenernya wanita yang harus ia jaga perasaannya.

"Ka...kamu membelanya?" tanya Andini kecewa.

"Dia kekasihku."

"Tapi aku istrimu, Stefan!" balas Andini sembari menunjuk dirinya sendiri. "Istri yang kamu nikahi 5 tahun yang lalu! Kamu lupa jika dulu pernah memintaku dari orang tua ku?!" Andini meradang.

"Dan aku akan mengembalikanmu pada orangtua mu."

"STEFAN!" Andini berteriak tidak terima. Suaranya bergetar menahan marah, sedih juga kecewa.

"Mengertilah, Andini aku tidak lagi mencintaimu."

"Tapi Stefan..."

"Aku akan menikahi Hera. Dia sedang nengandung anakku," ucap Stefan membuat Andini semakin hancur dihantam kenyataan. Wanita itu tertawa terbahak-bahak dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi.

"Kalian sangat jahat, HAHAHA KALIAN IBLIS! KEJAM! hiks..." Tubuh Andini merosot kelantai. Ia menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya disana sambil terus bergumam 'kalian jahat'.

"Sebaiknya kita pergi dari sini," bisik Stefan.

Hera yang sejak tadi hanya menjadi penonton akhirnya mengangguk setuju. Ia biarkan Stefan membimbingnya untuk keluar dari dapur. Ketika melewati pintu, Hera diam-diam menoleh kearah Andini dan tersenyum miring saat Andini juga menatap kearahnya.

"Bye!" ucapnya tanpa suara.

Bersambung.


Silahkan di vote dan komen. Sekalian bantu promosi juga agar cerita ini makin banyak pembacanya.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang