Pertemuan para petinggi istana berjalan dengan lancar setelah kepergian Hera. Keputusanpun resmi dibuat bahwa dalam perang melawan kerajaan seberang Ratu Hera akan ikut dalam rombongan perang. Keputusan yang tidak bisa Lukas tolak karena ada unsur sihir didalamnya.
"Damius, kau bahkan mendenger sendiri isi pikiran wanita itu." Lukas kembali mencoba untuk mempengaruhi Damius agar berubah pikiran.
Keduanya berjalan beriringan keluar dari aula kerajaan. Menyusuri koridor yang kali ini tampak sangat lenggang.
Damius menghentikan langkahnya lantas menghadap penuh kearah Lukas. Sambil tersenyum ramah dia menatap sosok Lukas yang gagah perkasa. Namun, seberapa jauh pertumbuhan Lukas, bagi Damius pria ini tetaplah bocah kecil yang selalu merengek padanya saat keinginannya tidak terpenuhi.Damius bahkan masih mengingat bagaimana dulu Lukas kecil selalu berlari kearahnya dan mengikutinya kemanapun Damius pergi. Ah mengenang masa-masa indah itu membuat Damius merasa tua. Meski kenyataannya dia memang sudah berusia lebih dari 100 tahun.
"Tidak baik membaca pikiran orang lain tanpa ijin."
Lukas mendengus mendengarnya. "Kau yang membuat kami saling terhubung satu sama lain. Anday kau membatalkan pernikahan itu, aku tidak akan berurusan dengannya."
"Kalau Yang Mulia sudah sadar jika kalian adalah pasangan suami istri. Alangkah baiknya jika anda mulai belajar untuk mencintai Ratu Hera."
"Ck, lelucon macam apa itu! Aku tak akan jatuh cinta pada wanita mesum sepertinya," bantah Lukas tidak terima. Dia bahkan ragu Hera pergi ke kamar tanpa menggoda para penjaga istana. Dasar wanita murahan.
"Bukankah menarik melihat satu orang dengan dua pribadi yang berbeda," ucap Damius masih dengan senyum misteriusnya. Membuat Lukas mengeryit bingung.
"Apa anda tidak penasaran dengan perubahan sikap Ratu Hera? Mengingat pembawaannya yang pendiam dan cenderung menjauhi masalah, rasanya mustahil melihatnya berteriak bahkan menunjuk wajah anda didepan para petinggi istana." Damius menepuk pelan bahu Lukas lalu kembali memasang senyum. Janggut panjangnya bergerak naik turun ketika ia berbicara.
"Sepertinya anda akan menemukan hal yang sangat menarik dari Ratu Hera," ucap Damius membuat Lukas terdiam memikirkan sesuatu. Kakek tua itu kemudian undur diri untuk kembali ke menara istana. Tempat para penyihir menetap.
Selepas kepergian Damius, Lukas kembali melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Mungkin karena sedang memikirkan ucapan Damius tentang Hera tanpa sadar langkahnya menuju bagian istana tempat kamar Hera berada. Lukas yang tersadar bahwa telah salah memilih jalan sontak saja langsung menghentikan langkah. Yang membuat penjaga yang sejak tadi setia mengikutinya ikut terkejut.
"Semua gara-gara ucapan aneh Damius!" sungut Lukas. Dia sudah akan berbalik badan saat matanya menangkap sosok Hera sedang bergelayut manja pada lengan penjaga pintu kamar wanita itu.
Lukas berdecak jijik. Dengan acuh pria itu berbalik badan dan melangkah menjauhi kediaman Hera. Meninggalkan istrinya yang tengah sibuk merayu penjaga pintu yang gagah perkasa.
"Bisa kau lihat belakang leherku? Aku rasa ada sesuatu disana," ujar Hera. Ia menyibak rambutnya ke samping dan memiringkan kepala agar penjaga pintu bernama Argus bisa melihat leher jenjangnya yang menggoda.
"Maaf, Ratu tapi tidak ada apapun dileher anda."
"Coba kau perhatikan lebih teliti. Kalau perlu pegang dengan tangan kekarmu," balas Hera sambil tersenyum menggoda.
"Ba-baik, Ratu." Dengan tangan gemetar Argus mengarahkan jarinya. Ketika lembut kulit Hera tersentuh oleh ujung jari-jarinya, Argus sontak menelan ludah. Mimpi apa dia semalam hingga mendapat anugrah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LADY (END)
RomanceHera bermain api dengan suami dari sahabat baiknya. Suatu hari setelah hari laknat itu dia tertimpa musibah dan terbangun diraga yang berbeda. Hidup Hera berubah 180 derajat. Hera yang angkuh, sombong dan licik justru terjebak didalam tubuh seorang...