Lagi, penjaga pintu kamar Lukas dibuat kaget dengan kedatangan sang ratu. Matahari bahkan belum sepenuhnya naik ke langit tapi wanita nomor satu kerajaan Sandor sudah berkeliaran sampai ke kediaman sang raja. Dua penjaga itu saling melirik satu sama lain. Tampak begitu ragu untuk memberikan akses masuk kepada sang ratu. Salah satu dari mereka menggeleng, memberi isyarat pada rekannya untuk mengatakan pada Hera bahwa dia tidak bisa masuk kedalam kamar raja.
Lantas penjaga itu berdehem, menyiapkan alasan untuk mengusir Hera, namun baru ia sempat membuka mulut, Hera sudah membuatnya kelimpungan dengan tatapan tajam wanita itu. Astaga kemana ratu mereka yang baik hati serta lembut budi pekertinya.
"Singkirkan tongkat sialan itu atau aku akan mematahkan tongkat kalian yang lain," ancam Hera melirik selangkangan dua penjaga tersebut. Sang penjaga sontak mundur satu langkah, was-was menjaga area sensitifnya.
"A-ampun, Ratu, tapi..." penjaga itu bingung. Gelagapan dengan ucapannya sendiri. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya? Tapi bagaimana jika sang ratu justru semakin murka pada mereka?. Aish, kenapa akhir-akhir ini tugas menjaga pintu menjadi teramat berbahaya.
"Kalian benar-benar membuatku kesal," desis Hera. Ia melangkah maju berjarak hanya satu langkah dari dua penjaga pintu yang kompak menelan ludah. Semakin pasrah akan keadaan. Situasi ini membuat mereka terjepit. Keselamatan nyawa serta benda pusaka mereka sedang dipertaruhkan.
"Baginda Raja sedang tidak ingin di ganggu. Mohon Yang Mulia Ratu datang lagi di lain waktu."
Raut wajah Hera mengeras. Tampak sekali jika wanita ini tidak suka dengan apa yang baru saya ia dengar. Sesuatu yang bergejolak di tubuhnya membuat Hera bergerak memojokan salah satu penjaga lalu mencekik leher pria malang itu tanpa ampun.
Ah, sial! Padahal Hera sudah menahan nafsu ini sejak lama.
"Ra...Ratu," rintih sang penjaga. Tangannya merayap menyentuh tangan lembut Hera yang tengah mencekiknya. Tangan ini terlihat begitu kecil dan rapuh namun siapa sangka tenaganya begitu besar. Seperti seorang yang terlatih bertahun-tahun, Hera mencekik dengan menekan titik yang mematikan.
"A-ampun, Ra-tu, saya..." ia tak pernah sempat menyelesaikan ucapan karena detik setelah itu sebuah pisau menancap tepat di tengah tenggorokannya. Mata penjaga ini terbelalak disusul dengan semburan darah segar dari mulut dan lubang besar ditenggorokan sang penjaga.
Darahnya memuncrat menggenang mengotori lantai. Sebagian kecil menyembur mengenai gaun silver yang sedang Hera pakai. Membuatnya berubah warna menjadi merah keruh.
Hera melepaskan peganggan tangannya pada pisau lalu mengambil satu langkah ke belakang. Ditatapnya tubuh yang tergeletak bersimpah darah itu dengan datar.
Merasa ada yang kurang, Hera pun kembali melangkah maju. Menarik pisau kecil yang masih tertancap di tenggorokan sang penjaga lalu dengan cepat menusuk mata kanan penjaga tersebut yang melotot lebar kearahnya.
"Ups, kelepasan."
"Ah tanganku jadi kotor begini," ucapnya lagi yang terdengar sangat santai untuk ukuran seorang perempuan yang baru saja membunuh seorang manusia tak bersalah. Tak ada secuilpun raut wajah menyesal apalagi ketakutan.
"Kamu." tatapan Hera beralih pada penjaga pintu yang tersisa. Membuat sang penjaga yang berdiri terpaku langsung tersentak kaget. Tubuh tegapnya gemetar tak karuan sampai akhirnya jatuh berlutut tak sanggup lagi untuk berdiri.
"Ampuni hamba, Yang Mulia Ratu! Tolong ampuni kelancangan hampa, Yang Mulia!" rintihnya meminta ampun. Tak pernah sekalipun ia melihat seorang wanita membunuh dengan tatapan sesantai itu. Bahkan Raja Lukas yang terkenal bengis dan ditakuti oleh semua musuhnya saja tidak sekeji Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LADY (END)
RomanceHera bermain api dengan suami dari sahabat baiknya. Suatu hari setelah hari laknat itu dia tertimpa musibah dan terbangun diraga yang berbeda. Hidup Hera berubah 180 derajat. Hera yang angkuh, sombong dan licik justru terjebak didalam tubuh seorang...