Aku Ingin Bahagia

33K 2.1K 97
                                    

Ingatan itu kembali membanjiri kepala Hera. Kali ini lebih jelas dan lebih nyata dari pada biasanya hingga sakit itu ikut terasa menyesakan dada. Hera menarik nafas dalam-dalam. Ia pernah jatuh cinta. Dulu sekali pada orang yang juga mengajarkannya akan luka dan Hera lebih dari sekedar tahu apa bagaimana rasanya harus meninggalkan orang yang kita cintai.

Hera menoleh kearah Lukas saat pria itu mengusap pipinya yang basah. Hera tersentak kaget, tidak sadar bahwa sejak tadi ia sudah menangis sendu.

"Aku baik-baik saja," ucapnya.

Lukas tidak menjawab. Ia hanya menarik Hera kedalam pelukan hangatnya. Ini rahasia kecil yang tidak pernah Lukas katakan pada siapapun bahwa terkadang pada saat-saat tertentu ia merasa seperti ada penghalangan diantara mereka berdua. Seperti Hera yang tidak bisa membaca pikiran Lukas, pun terkadang Lukas tidak bisa menembus isi pikiran wanita itu.

Seperti saat ini. Lukas tidak tahu apa yang membuat Hera tampak begitu sedih. Apakah tempat ini mengingatkan Hera pada seseorang yang dulu atau bahkan mungkin sampai sekarang masih menempati hatinya?

Rahang Lukas mengeras memikirkan kemungkinan itu. Fakta bahwa perempuan pertama yang membuat jantungnya berdebar kencang ternyata justru mencintai orang lain membuat ego Lukas terluka. Ia marah dan kecewa pada kenyataan yang tidak bisa diubah.

"Mungkin..." Lukas menunduk, menunggu Hera menyelesaikan kalimatnya. Wanita ini tampak menarik nafas dalam-dalam. 

"Aku tahu ini sudah sangat terlambat untuk mengatakannya, tapi..." Hera memejamkan mata mencoba untuk memantapkan hati. Terakhir kali ia melakukan ini sesuatu yang buruk justru terjadi. Hera selalu mendapatkan akhir yang menyedihkan setiap kali ia mencoba untuk bahagia.

Matanya terbuka dan sepasang mata sehitam jelaga menatap lurus kearahnya. Mata hitam itu menatapnya lekat. Menawarkan sebuah harapan yang Hera butuhkan. Sekali lagi Hera menarik nafas dalam-dalam. Tidak peduli apapun yang akan terjadi setelah ini, Hera telah memutuskan untuk berusaha dan bertekad memulainya dengan cara yang benar.

"Aku mencintaimu."

Kedua tangannya mengepal. Ia harus menyelesaikan semuanya dengan baik.

"Aku tahu kita memulai segalanya dengan salah. Takdir yang tiba-tiba menyatukan kita ke dalam pernikahan yang dulu tidak pernah aku harapkan membuatku gelap mata mengatakan bahwa aku tidak akan pernah benar-benar menjadi istrimu. Maaf jika selama ini aku melukai egomu, membuat pernikahan ini semakin kacau. Aku menolakmu, membencimu tanpa memberi mu kesempatan untuk berusaha." 

"Aku mungkin tidak bisa kembali menjadi wanita baik hati dan lemah lembut seperti dulu."

"Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin agar membuatmmu tidak terlalu malu memiliki seorang ratu yang sedikit... aneh? Mungkin?" Hera menggaruk pelipisnya salah tingkah. Ia berdehem pelan untuk memperbaiki situasi yang mulai melenceng dari rencananya.

Setelah keyakinan itu kembali memenuhi hatinya dengan ragu-ragu Hera menyentuh wajah tegang Lukas. Pria itu masih diam menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

"Jadi, jika aku meminta kesempatan kedua, apa kau mau memulai semuanya dari awal? aku ingin bahagia bersamamu." Hera mengulas satu senyum indah. Seperti ada beban yang terangkat dari bahunya. Hera lupa kapan terakhir kali ia merasa selega ini. Hatinya membuncah ketika Lukas merangkum kedua pipinya.

Perlahan kelopak mata itu menurun menyembunyikan iris mata paling indah yang pernah ia lihat. Lukas semakin mendekatkan wajahnya. Menghapus jarak dengan menempelkan bibir nya diatas bibir merah milik Hera.

Matanya ikut terpejam ketika bibirnya mulai bergerak pelan mengulum dan menyesap segala manis yang ditawarkan oleh Hera. Tangannya bergerak kebelakang menarik tengkuk dan pinggang Hera semakin mendekat. Tak ia ijinkan jarak menghalangi keduanya. Tiga senti batas maksimal yang Lukas terapkan untuk keduanya.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang