Yang Lebih Dulu Jatuh Hati

30.8K 2.3K 107
                                    

"Wajahmu terlihat menyebalkan," celetuk Hera ketika Lukas muncul dari balik pintu tenda. Pria itu terkekeh mendapat cibiran keras dari sang istri.

"Kenapa? Bukankah wajahku terlihat semakin tampan?"

"Cih!" Hera memalingkan wajahnya. Entah kenapa dia jadi sebal sendiri melihat langsung binar bahagia di wajah Lukas. Memangnya apa yang begitu istimewa dari seorang bayi hingga membuat Lukas sebegitunya.

"Karina bilang kau tidak enak badan."

Hera menggeser tubuhnya memberi ruang pada Lukas yang duduk di tepi ranjang.

"Tidak, aku hanya sedikit lelah."

"Maaf karena kurang memperhatikanmu." Lukas berucap penuh sesal. Tangan besarnya mengelus kepala Hera dengan sayang.

"Ya aku bisa mengerti. Tapi sepertinya kau sedang mengadakan pesta. Apa ada hal yang ku lewatkan?"

Lukas mengecup singkat kening Hera sebelum menjawab. "Bukan hal penting."

Benarkah? Lalu kenapa wajahmu tampak sangat bahagia?. Hera hanya tersenyum mendengar jawaban dari Lukas. Jika memang Lukas berkata bahwa itu bukan hal penting maka Hera akan berpikir demikian. Ia tidak akan menyinggung masalah kehamilan Arumi jika Lukas memang tak berniat untuk mengatakannya.

Tapi kenapa rasanya tetap saja menyebalkan saat melihat senyum tipis yang tak kunjung pergi di bibir Lukas yang biasanya selalu datar. Hera gemas juga tidak terima.

"Berhenti tersenyum! Aku tidak suka!" ucapnya sambil mendesak menyambar bibir Lukas.

Lukas terkesiap mendapatkan serangan dadakan namun dengan cepat segera membalik situasi. Ia balas melumat bibir merah Hera. Menggigitnya hingga wanita dibawah kuasanya mengerang dalam ciuman. Gejolak panas menghampiri keduanya. Tubuh Lukas mendesak Hera untuk berbaring di atas ranjang. Saling melumat dan mengecup rasa satu sama lain.

"Dasar nakal!" Lukas menyentil kening Hera lalu mengecupnya lagi saat wanita itu mengaduh sakit. ia mengulurkan tangan membantu Hera duduk kembali.

"Tertarik untuk melihat langit malam?"

"Dan meninggalkan pestamu?" sindir Hera.

Lukas tersenyum saja mendengar sindiran itu. Entah apa yang membuat sang istri menjadi begitu sensitif hingga tiap kata yang keluar dari mulutnya selalu terdengar seperti sebuah sindiran. Apapun itu, Lukas berharap tidak sampai merusak perasaan Hera karena malam ini ia ingin menghabiskan banyak waktu berdua bersama sang istri.

Masih dengan wajah masam, Hera perlahan beranjak turun dari atas ranjang. Satu alisnya terangkat tinggi saat Lukas judtru diam mengamati.

Hera berdecak kesal, "Tinggu apa lagi?! ayo cepat!"

Lukas mendengus geli dan dengan patuh berdiri mengikuti intruksi Hera. Ia langsung menahan lengan wanita itu saat ia berniat menyibak pintu tenda.

"Mau kemana?" tanya Lukas dengan senyum geli.

"Kau tidak berniat untuk melihat langit dari dalam tenda kan?!"

"Tentu tidak."

"Ya kalau begitu kenapa masih tanya aku mau kemana?! tentu saja keluar dari tenda ini!" Hera menjawab sambil bersungut-sungut. Astaga Hera bahkan mulai berpikir bahwa ada asap didalam kepalanya yang mendadak panas.

"Kemarilah!" Lukas menarik pelan Hera yang dengan sangat terpaksa masuk kedalam pelukan hangat sang suami. Ia menghela nafas panjang. Baru menyadari sikap menyebalkan yang beberapa saat lalu ia tunjukan pada Lukas.

Lukas mendekap Hera dengan penuh kelembutan. Wajahnya menunduk memberi satu kecupan sayang untuk sang istri.

"Sudah merasa lebih baik, hm?" tanya Lukas lembut.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang