Saat itu seluruh gadis di kerajaan Sandor yang berusia diatas 17 tahun heboh mempercantik diri. Utusan kerajaan baru saja mengumumkan bahwa sepuluh hari lagi api suci akan memilih calon pasangan Raja Lukas sekaligus ratu kerajaan Sandor.
Para gadis tersebut mulai berburu pakaian terbaik, menunggu berjam-jam demi mendapatkan lulur terbaik yang bisa membuat kulit mereka semakin putih dan halus. Di setiap obrolan mereka selalu terselip guyonan 'pastilah aku yang akan dipilih api suci' lalu mereka tertawa dengan hati saling mencibir satu sama lain.
Ditengah hiruk pikuk pasar, seorang gadis bergaun biru muda melangkah dengan amat anggun ditemani oleh seorang pelayan tua yang setia berjalan di belakangnya. Kehadirannya menyedot banyak perhatian. Tak ada lagi suara tawa yang dibuat-buat oleh para kumpulan gadis yang berdiri didepan toko pakaian. Mereka kompak terdiam sambil menatap iri gadis seusia mereka itu.
Dia adalah Herania. Putri seorang pemilik tanah, Duke Idrus yang terkenal akan kekayaan juga pengaruhnya di kerajaan Sandor. Nama Herania telah dikenal hampir oleh seluruh rakyat Sandor. Gadis ini pula yang digadang-gadang menjadi kandidat paling kuat yang akan dipilih oleh api suci.
"Cih, dasar wanita sundal!" cemooh itu datang dari salah satu gadis yang iri pada Herania.
Herania tak menghiraukan. Ia tetap berjalan lurus melewati kumpulan gadis itu dan baru berhenti ketika matanya melihat pantulan cahaya dari sebuah jepit rambut yang dijejer oleh penjualnya. Herania mendekat, menyentuh jepit rambut itu dengan ujung jari.
"Aku ingin beli ini."
"Ya, Putri, jepit rambut itu memang sangat cocok untuk anda. Ia seakan dibuat khusus untuk menambah kecantikan Tuan Putri." Sang pedagang menatap Herania dengan kagum. Begitu sempuran rupa putri Duke Idrus. Tak heran jika namanya menjadi simbol dari kecantikan seorang wanita.
Herania menerima uluran jepit rambut itu dengan senyum anggun. Sembari menunggu pelayannya menyelesaikan pembayaran, Herania kembali menekuri jepit rambut yang ada ditangannya. Ada ukiran sepasang merpati disana. Ukirannya begitu detail hingga ia merasa bahwa merpati itu benar-benar hidup di dalam sana.
"Putri, sepertinya sudah waktunya kita kembali ke kediaman Duke."
Herania menoleh untuk menatap sang pelayan. Ia tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng sembari memasang raut wajah memelas.
"Berikan aku waktu lebih. Ku mohon, hm?"
"Tapi --"
"Aku janji tak akan lama." Herania meraih kedua tangan sang pelayan dan menggenggamnya erat. "Aku hanya ingin mengunjungi toko buku di seberang sana."
"Nghh, baiklah, Putri." Pelayan itu mengangguk pasrah. Ia memang tidak pernah bisa menolak permintaan Sang Putri. Terlebih lagi senyum tulus Herania langsung membuat hatinya ikut bergembira hingga ia pun tak tahan untuk tersenyum juga. Ah, Putri Herania tak hanya simbol dari kecantikan namun ia adalah perwujudan dari kesempurnaan seorang wanita.
"Astaga, Emma, sepertinya aku meninggalkan sapu tanganku di toko pakaian tadi." Herania berujar panik sembari memeriksa saku gaunnya untuk mencari keberadaan sapu tangan yang biasanya tersimpan rapi disana.
"Apakah itu sapu tangan peninggalan Duchess?"
"Ya, Emma. Itu sapu tangan ibu ku." Herania berucap sedih. Ia tidak mungkin kehilangan benda berharga itu.
"Ya Tuhan! Kalau begitu saya akan kembali untuk mengambilnya. Apa Putri baik-baik saja kalau saya tinggal sebentar?"
"Ya, Emma. Maaf merepotkan mu."
"Bukan hal yang besar, Putri. Kalau begitu saya pamit dulu."
Herania mengangguk. Ia menatap punggung Emma yang mulai menjauh. Setelah punggung kecil itu tak lagi terlihat Herania lantas bergegas melangkah. Kepalanya menoleh kanan-kiri memastikan tidak ada orang yang mengikutinya sebelum akhirnya masuk kedalam toko buku usang yang sepi pengunjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LADY (END)
RomanceHera bermain api dengan suami dari sahabat baiknya. Suatu hari setelah hari laknat itu dia tertimpa musibah dan terbangun diraga yang berbeda. Hidup Hera berubah 180 derajat. Hera yang angkuh, sombong dan licik justru terjebak didalam tubuh seorang...