Kelopak mata itu mengerjap perlahan menampakan sepasang bola mata jernih sebiru langit pagi. Hera meringis merasa sakit pada sekujur tubuhnya ketika ia memaksakan diri untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang.
Matanya mengedar menatap interior kamar yang sangat berbeda dengan kamarnya di kerajaan Sandor. Satu kesadaran yang membuat Hera tercekat.
Ia bergegas menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya lantas berdiri untuk selanjutnya tertegun mendapati dirinya sudah berganti pakaian menggunakan gaun putih bersih yang melekat ditubuhnya. Ingatan wanita itu membawa Hera pada satu kesimpulan. Ia pasti telah dibawa oleh Duke Antoni.
Sialan. Berani-beraninya Antoni menyekap Hera di dalam kamar yang serba mewah. Bisa-bisa Hera jadi betah ingin tetap tinggal disana. Astaga Duke Antoni benar-benar perlu dihajar.
Kaki telanjang Hera melangkah mendekati pintu. Saat ia akan mendorong pintu besar itu justru terbuka dengan sendirinya. Sekelompok wanita berseragam pelayan menatap Hera dengan terkejut. Mereka tak menyangka wanita yang dibawa oleh sang raja telah sadarkan diri. Padahal tabib istana bilang setidaknya butuh waktu dua sampai tiga hari lagi untuk Hera sadar dari tidur panjangnya.
"Apa yang kalian lakukan?!" Hera menyentak tangan-tangan lancang yang mencoba menyentuhnya. Wajah wanita nomor satu di kerajaan Sandor itu tampak kesal ketika para pelayan tidak menyerah untuk menyeretnya keluar dari kamar.
"Ku bilang lepas!!" Dan mau tak mau Hera mendorong mundur beberapa pelayan hingga mereka jatuh terduduk dilantai. Seorang wanita yang tampak lebih tua langsung melotot galak. Sayang sekali karena bukannya takut Hera justru balas melotot.
"Jangan jadi manusia tak tahu diri!" ujar pelayan senior itu.
Hera mendelik tidak terima. "Kau bahkan tidak layak untuk berbicara padaku. Pelayan seperti mu harusnya sadar diri!"
"Cih, tak usah sombong! Kau hanya perempuan hasil rampasan perang. Posisi mu bahkan lebih rendah dari seorang budak."
Hera menatap tajam pelayan itu. Jari telunjuk berkuku runcing miliknya menunjuk wajah sang pelayan. Hera sudah akan bicara ketika pelayan itu kembali menyela ucapannya.
"Harusnya kau bersyukur raja kami membiarkan suamimu dan pengikutnya mendekam dipenjara dan bukan langsung memenggal kepala mereka!"
Fakta itu menyentak kesadaran Hera. Ia kembali teringat pada William yang ia tinggalkan dalam kondisi mengenaskan. Bagaimana keadaan pria itu? Apakah Karina berhasil menyelamatkannya?.
Perasaan tak nyaman langsung menyerang Hera. Ia menjadi sangat gusar memikirkan keadaan William di luar sana. Dan lagi apa katanya? Lukas dan pengikutnya mendekam di penjara?
Astaga memangnya sudah berapa lama Hera pingsan sampai-sampai banyak hal yang terjadi diluar pengetahuannya. Lagi pula kenapa Lukas bisa sampai kalah?! Cih, percuma saja dijuluki raja tiran kalau pada akhirnya kalah juga di medan perang.
Diamnya Hera dimanfaatkan dengan baik oleh para pelayan. Mereka langsung membimbing Hera keluar dari dalam kamar menuju aula istana yang ramai akan kehadiran pasukan Sandor.
Hera mengerjap kaget ketika seseorang menyerukan namanya. Matanya membola melihat Lukas, Sebastian dan ratusan ksatria Sandor diikat dengan rantai yang memancarkan cahaya merah. Tak perlu ditanya Hera yakin rantai itu terselimut sihir.
Mata sehitam langit malam itu menatap dalam kearahnya. Berbicara melalui tatapan mata mengatakan begitu leganya Lukas melihat keadaan Hera yang baik-baik saja.
Hera sekali lagi menyentak tangan-tangan lancang yang sendari tadi memegangi lengannya. Para pelayan itu tidak sempat mencegah Hera yang berlari kearah Lukas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LADY (END)
RomanceHera bermain api dengan suami dari sahabat baiknya. Suatu hari setelah hari laknat itu dia tertimpa musibah dan terbangun diraga yang berbeda. Hidup Hera berubah 180 derajat. Hera yang angkuh, sombong dan licik justru terjebak didalam tubuh seorang...