Dasar Pasangan Mesum

83.3K 3.4K 13
                                    

Emma begitu telaten mengobati telapak tangan Hera yang melepuh. Setelah keluar dari kamar laknat itu Hera langsung diseret oleh dua penjaga menuju istana Mawar dan dikurung didalam kamarnya sendiri. Saat itu barulah Hera sadar bahwa hanya Emma yang menjerit dan menangis meminta agar Hera dilepaskan sedangkan pelayan yang lain justru berbisik rusuh dibelakang. Hera bahkan sempat melihat senyum dan sorot mata mengejek dari mereka.

"Apa para pelayan memang seperti itu?" tanya Hera ketika Emma mengambil kain untuk melilit telapak tangannya. Untuk beberapa detik wanita tua itu terdiam kaget.

"Dan kenapa tidak ada tabib yang datang? Kenapa harus kamu yang mengobatiku?" cecar Hera.

"Apakah Ratu tidak suka dengan kehadiran hamba?" Emma bertanya sedih. Wajah keriputnya tertekuk lusuh. Baru pertama kali sang ratu mempermasalahkan kehadirannya. Apa dia sudah terlalu tua sehingga ratu Hera tidak lagi membutuhkan tenaganya?

"Ck, bukan begitu! Maksudku -- ah sudahlah, lupakan!" Hera berucap malas bercampur tak tega melihat raut wajah Emma. Tanpa bertanya lebih lanjut dia bisa menyimpulkan sendiri situasi yang sedang terjadi. Tinggal membuktikannya secara langsung dan lihat saja apa yang akan Hera lakukan pada mereka yang memandangnya sebelah mata.

"Tapi Yang Mulia Ratu tetap harus meminta ampun pada Raja Lukas."

"Meminta ampun?!" Hera melirik Emma tajam dan mendengus tidak terima, "Tidak sudih!" tungkasnya.

"Tapi, Yang Mulia Ratu bisa mendapat masalah--"

"Kenapa aku yang mendapat masalah? Lagipula dia yang lebih dulu mencari gara-gara!" potong Hera tidak terima.

Mata tua Emma mengerjap menatap Hera penasaran. "Apa yang sudah Raja Lukas lakukan?"

"Tidak ada. Aku hanya kesal melihat wajahnya," jawab Hera tanpa beban. Dia mengangkat kaki keatas ranjang dan menarik selimut untuk menutupinya. Angin malam semakin bertiup kencang membuat Hera bergidik kedinginan.

"Apa jendela itu tidak bisa ditutup?! Kalian ini ingin membuatku cepat mati?!" kesal Hera. Orang bodoh mana yang memasang jendela lebar tanpa penutup seperti itu. Bagaimana jika ada penjahat yang masuk kedalam kamar dan menikam jantung Hera ketika dia tertidur lelap? Hera tidak ingin mati untuk kedua kali.

"Ampun, Ratu, tapi Anda sendiri yang menginginkan jendela seperti itu. Anda bilang dengan menaruh jendela besar tanpa kaca bisa membuat Anda merasa sedikit bebas," jelas Emma.

Hera mendengus sebal batal berkomentar. Dia tidak ingin Emma kebingungan dan membuat wajah tuanya semakin berkeriput.

"Sudahlah, kau bisa pergi. Aku ingin tidur!" Hera mengibaskan tangan mengusir Emma.

"Selamat tidur, Yang Mulia Ratu," ucap Emma segera pamit undur diri. Dia menutup pintu dengan pelan berharap suara gesek pintu tidak mengganggu ketenangan sang ratu.

Ketika Emma berbalik badan telah berbaris rapih 10 pelayan muda dibelakang pintu dengan kepala menunduk dalam. Meski Emma telah melewati masa kejayaan, dia tetap memiliki insting yang tajam. Dia tidak buta untuk tidak melihat para pelayan didepannya ini sempat tersenyum mengejek sang ratu.

Andai saja gerak-geriknya tidak dipantau oleh Yang Mulia Ibu Suri, Emma akan dengan senang hati menghukum 10 pelayan muda itu. Namun, kuasa seperti itu tidak Emma miliki. Tidak ada yang berhak menghukum penghuni istana dalam kecuali Yang Mulia Ibu Suri.

"Cepat bersihkan seluruh pot bunga, lantai dan dinding istana!" Hanya perintah seperti itu yang bisa Emma berikan untuk menghukum mereka yang merendahkan ratu Hera.

Puluhan merpati hinggap disekitar kusen jendela besar. Ada tiga ekor merpati yang terbang masuk kedalam kamar bernuansa putih itu. Ditengah ruangan ada sebuah ranjang besar. Diranjang itulah seorang wanita sedang tertidur nyenyak berbalut selimut. Dadanya bergerak pelan seirama dengan tarikan nafasnya yang teratur.

Tak lama kemudian wanita itu mengerang saat sinar matahari menyorot wajah cantiknya. Dia akhirnya terbangun dan menarik diri terduduk diatas ranjang. Selimut putih yang menutupi tubuhnya merosot kebawah, memperlihatkan tubuh sintal miliknya yang terbalut gaun tidur tipis berwarna putih.

Hera menguap dan mengusap wajah membuang kantuk. Ia kemudian beranjak turun dari ranjang. Melangkah dengan pelan kearah jendela besar tanpa kaca yang semalam dia maki-maki.

Pemandangan indah dibalik jendela membuat Hera berdecak kagum. Dia meralat segala caci makinya untuk orang yang menginginkan jendela besar terpasang dikamar. Ternyata dibalik jendela itu terdapat taman bunga mawar berbunga lebat. Banyak burung merpati juga kupu-kupu berterbangan disekitarnya. Bahkan tiga diantaranya kini sedang bertengger manis dikepala ranjang. Awas saja kalau mereka sampai buang kotoran sembarangan.

Diseberang taman luas itu ada sebuah bangunan besar. Sepertinya itu adalah salah satu bagian istana yang ada disini. Hera tidak begitu peduli karena memang bukan hal penting untuk ia ketahui.

Baru sebentar Hera menikmati keindahan taman bunga ketika seseorang mengusik perhatiannya. Hera menyipitkan mata menatap lebih jelas seorang dayang yang berjalan mengendap melintasi taman.

"Loh, bukannya dia kekasih pria itu?" gumam Hera. Sedetik kemudian netranya menangkap sosok Lukas yang berdiri bersidekap diseberang taman. Jarak yang terbentang jauh tidak membuat Hera kesulitan menatap bola mata tajam yang kini mengarah padanya.

Hera mendengus. Dasar pasangan mesum! Matahari saja belum sepenuhnya bersinar, namun dua orang itu sudah sibuk bertemu secara sembunyi-sembunyi. Lagi pula kenapa mereka harus bermain kucing-kucingan? Katanya pria itu adalah raja, lalu kenapa harus merepotkan diri seperti itu?

Hera masih sibuk berpikir saat secara mengejutkan akar-akar pohon disekitar kamar bergerak memanjang dan membentuk sebuah dinding rapat didepan jendela lebar tempat Hera berdiri. Hera mengerjap kaget dengan mulut terbuka lebar.

Apa ini?!

"Penyihir..." gumam Hera syok.

Bersambung....

Terimakasih atas 1150 viewers nya. Sungguh kebahagian tersendiri saat tahu ada yang mau membaca karyaku.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang