Kalian Harus Mati!

81K 4K 231
                                    

Andini termenung. Matanya menatap  pisau dengan pandangan kosong. Separuh kesadaran wanita itu hilang direnggut oleh kesakitan.

Perlahan Andini merangkak kearah pisau yang tergeletak tidak jauh dari pintu dapur. Tangannya meraih benda tajam itu dan menggenggamnya erat.

Orang jahat seperti Stefan dan Hera harus menghilang dari dunia ini. Meraka harus mati untuk membayar rasa sakit yang Andini rasakan. Bunuh Stefan! Bunuh Hera! Mereka adalah orang jahat.

Dengan bertumpu pada tembok, Andini bersusah payah bangkit berdiri. Lututnya yang sempat menghantam pinggiran meja saat didorong oleh Stefan menimbulkan nyeri dan membuat kakinya gemetar. 

"Kalian harus mati..." Andini terus bergumam lirih. Ia lalu melangkah tertatih-tatih menaiki tangga menuju kamar tempat Hera dan Stefan berada.

Sedangkan didalam kamar bernuansa putih itu, yang sprainya bahkan masih terdapat bercak cairan percintaan semalam, Hera tampak terbaring pasrah dibawah kuasa Stefan. Pria itu langsung menerkamnya ketika mereka masuk kedalam kamar.

Fakta bahwa mereka baru saja ketahuan telah berselingkuh dibelakang Andini tidak membuat hasrat Stefan padam. Ia justru merasa semakin bebas karena tidak perlu lagi merasa takut jika sewaktu-waktu dipergoki Andini.

Jika tahu akan berakhir seperti ini, kenapa tidak dari dulu saja Stefan membuat Andini melihat perbuatnya. Kalau perlu dia akan bercinta tepat didepan istrinya agar wanita itu tahu jika Hera sangatlah hebat dalam memuaskannya.

"Stefan, ahhh..." Hera mendesah. Stefan bergerak dengan sangat lambat hingga membuatnya bisa merasakan tiap lekuk tubuh pria itu menggesek dinding-dinding kewanitaannya.

"Kamu membuatku gilahhhhhh shhhh ahhh ku mohon lebih cepat!" Hera memdesah tak tahan menerima kenikamatan yang Stefan berikan.

Stefan tersenyum puas, "Sesuai keinginanmu, sayang," ucapnya sambil memegang paha Hera kemudian merentangkannya lebar-lebar agar ia semakin mudah bergerak. Desahan kembali lolos dari bibir Hera. Stefan tidak main-main. Ia benar-benar menggempur Hera dengan kecepatan maksimal.

Membuat payudara Hera bergetar, bergoyang dan memantul kesana-kemari. Pemandangan yang pastinya tidak bisa Stefan lewatkan begitu saja. Ia menunduk untuk meraih dasa Hera dan menghisapnya kuat-kuat.

Hera menjerit nikmat. Tangannya bergerak menjambak rambut Stefan, mendorong kepala pria itu agar semakin terbenam didadanya. Hisapan Stefan adalah siksaan ternikmat yang pernah Hera dapatkan.

Puas dengan dada sebelah kanan, Stefan beralih pada dasa sebelahnya. Setelah membuat dua benda itu membengkak ia akhirnya mengangkat wajah untuk menatap Hera penuh sayang. Tangannya bergerak menghapus peluh pada dahi Hera.

Stefan mengecup dahi Hera sebelum menyelipkan tangannya dipunggung perempuan itu. Mereka kemudian berguling mengubah posisi. Kini Hera sudah duduk tegak diatas tubuhnya dengan milik Stefan yang menancap dalam ditubuh wanita itu.

"Bergerak, sayang!" titah Stefan. Ia meremas pantat Hera dan mendorongnya agar bergerak pelan diatasnya. Hera yang memang sudah berpengalaman dapat dengan mudah mengabulkan keinginan Stefan. Ia bergerak maju mundur, berputar lalu menghentak kebawah membuat milik Stefan berdenyut semakin keras.

"Hera... Hera, kamu memang wanitaku!" puji Stefan. Ia merasa sangat nikmat.

"Mainkan mereka, Stefan!" Hera membimbing tangan Stefan untuk meremas dadanya yang tentu saja langsung disanggupi oleh Stefan. Sudah dia bilang bahwa payudara Hera adalah bagian favoritnya setelah milik Hera yang sedang mencepit rapat kejantannya.

Dari bawah Stefan ikut bergerak mengocok kelamin mereka. Gerakannya membuat Hera terlonjak-lonjak diatas tubuh Stefan. Meski demikian ia tetap membalas serangan Stefan dengan goyangan yang membuat Stefan semakin hilang kendali. Keduanya bergerak saling membalas. Peluh dan keringat tidak membuat mereka risih, justru semakin menambah sensasi kenikmatan untuk keduanya.

Terlalu fokus mengejar orgasme yang sebentar lagi akan datang, Hera dan Stefan tidak menyadari kejadiran Andiri yang sedang berdiri diambang pintu dengan pisau tajam ditangan kanannya.

Andini melangkah mendekati ranjang. Ia tatap punggung Hera yang mengkilat karena keringat. Pinggang perempuan itu bergerak cepat sebelum akhirnya menegang ketika gelombang orgasme itu datang.

Bara api dimata Andini semakin menjadi-jadi ketika melihat Stefan memeluk punggung Hera dengan penuh kasih sayang. Andini lantas melangkah cepat kearah keduanya. Mengangkat pisau tinggi-tinggi lalu menyentaknya menusuk punggung Hera.

Semua terjadi begitu cepat. Hera menjerit tidak sempat menghindar. Tubuhnya berguling tak berdaya dengan darah merembas keluar dari lubang dipunggungnya. Sedangkan Stefan hanya bisa pasrah ketika Andini beralih menusuk dada kirinya. 

Mata Stefan melotot lebar. Tangannya meremas kuat dada kirinya yang berlubang. Darah memuncrat membasahi sprai putih ketika Andini kembali menusukan pisau diperut Stefan. Pria itu batuk darah. Tidak bisa menghindari tusukan demi tusukan yang Andini berikan. Sampai akhirnya Stefan menjerit kesakitan untuk terakhir kalinya. Pria itu kini terbujur kaku dengan 10 luka tusukan didada dan perut.

Andini mengusap darah yang mengotori wajahnya. Suami yang ia cintai kini sudah mati. Meninggalkannya sendirian didunia yang kejam ini. Padahal Andini ingin memberikan kabar bahagia untuk Stefan.

Andini meraih tangan sang suami kemudian mengarahkannya agar mengelus perutnya yang masih datar. Andini tersenyum manis menatapi tangan Stefan yang berada diatas perutnya.

"Kamu bisa merasakan itu? Iya, Sayang, aku sedang hamil anakmu," ucap Andini. Senyum manisnya kemudian berubah menjadi wajah datar tanpa ekspresi.

"Tapi kamu justru berselingkuh! Dasar manusia kotor!" Andini mendorong tangan Stefan dari perutnya. Wanita itu tiba-tiba saja meringkuk disamping mayat suaminya. Dia menangis sesegukan sambil menjambak rambut yang sudah acak-acakan.

"Padahal aku sangat mencintaimu. Sepanjang perjalanan pulang aku terus membayangkan hari-hari indah bersama kamu dan anak kita. Kita pasti akan sangat bahagia duduk bertiga menikmati senja dipinggir pantai. Tapi semua hancur karena perilaku menjijikanmu!!" murka Andini sambil menangis. Dengan marah ia kembali menusuk dada Stefan dengan pisaunya.

"Bahkan anakmu belum sempat merasakan belaian sayangmu," sesalnya. Pandangan Andini kemudian beralih pada tangan Stefan yang menggantung lemas didepannya. Sepintas pemikiran membuat Andini menarik pisau yang masih menancap didada Stefan. Andini lalu beralih menekan pisau itu untuk memotong tangan kiri suaminya.

"Aku akan mengambil tanganmu agar anak kita tetap bisa merasakan tangan ayahnya," racau Andini. Darah telah mengotori tangan, wajah dan baju kerjanya. Andini menghentikan aktivitasnya ketika mendengar erangan kesakitan dari bibir Hera.

Andini segera bangkit dengan pisau ditangan. Menghampiri Hera dengan penuh dendam. Karena wanita inilah hidupnya jadi hancur. Dia kehilangan suami dan anaknya kehilangan ayah. Hera adalah wanita iblis yang harus disingkirkan. Maka dengan itu, Andini meletakan pisaunya dan beralih mengangkat kursi besi didepan meja rias. Andini mengangkat kursi itu tinggi-tinggi lalu menghantam kepala Hera.

"Mati! Mati!" marah Andini. Ia baru berhenti ketika tubuh Hera tidak lagi bergerak. Hera, sahabat baiknya kini telah tiada.

Andini termenung. Menatap dua tubuh terbujur kaku didepannya dengan mata bergetar. Andini kemudian menangis. Ia meraung menyesali tindakannya. Kenapa ia begitu tega membunuh sahabat dan suaminya sendiri?.

"Maaf, Hera. Maafkan aku... andai keajaiban itu ada, aku ingin kembali berteman denganmu. Sungguh aku menyesal pertemanan kita harus berakhir tragis seperti ini. Dikehidupan selanjutnya, semoga kamu bisa mengerti dan menghasihani kesakitan yang aku rasakan," lirih Andini. Ia bergerak memeluk tubuh bersimbah darah milik sahabatnya. Yah, semoga dikehidupan selanjutnya mereka bisa lebih saling mengerti dan memahami.

Bersambung....

Beri vote dan tunggu update selanjutnya.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang