Tidak Akan Pernah

45.6K 2.8K 116
                                    

Samar-samar terdengar suara beberapa orang mengobrol dengan saling berbisik. Detik selanjutnya terdengar derit pintu dan langkah kaki menjauh. Lukas yang masih terlelap diatas ranjang mulai meraba-raba permukaan kasur tempat Hera berbaring. Dahi pria itu mengerut tatkala tangannya hanya menyentuh kasur yang dingin.

Kemana Hera?

Dengan susah payah, Lukas membuka mata. Pria itu lalu menarik tubuhnya untuk duduk dengan penggung bersandar di kepala ranjang. Saat ia menoleh, barulah Lukas mendapati sang istri sedang duduk bersidekap sambil menatap lurus kearahnya.

Sebelah alis Lukas naik. Gerakan kecil yang menurut Hera semakin menambah kadar ketampanan Lukas. Sesuatu yang langsung wanita itu sesali. Kenapa dia justru memuji pria itu!.

"Aku sudah memikirkan ini semalaman."

Lukas tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Hera menunggu wanita itu melanjutkan ucapannya.

"Aku akan belajar sihir."

"Kenapa?" Lukas menatap Hera tidak mengerti.

"Kenapa?!" Hera membalas sengit. Ia berdiri dari duduknya dan sambil berkacak pinggang Hera malanjutkan. "Kau tanya kenapa?! Jelas untuk melindungi diriku sendiri! Bukankah lusa kita sudah pergi ke medan perang? Aku bukan manusia bodoh yang pergi berperang tanpa mempersiapkan apapun!"

Sebenarnya Hera sudah cukup bodoh karena baru membicarakan ini dua hari sebelum pergi. Entah hilang kemana kecerdasan Hera sehingga ia melupakan hal penting seperti ini. Jelas Hera tidak ingin mati mengenaskan dalam peperangan.

"Maksudku, kenapa kau harus belajar sihir? Bukankah hal seperti itu sudah kau kuasai jauh sebelum datang keistana?"

Hera tergagap. Diam-diam mengutuk fakta bahwa tak ada satupun memori dari pemiliki sebelumnya yang ia ingat. Ini tidak seperti cerita-cerita fantasi yang dulu pernah Andin tunjukan pada Hera. Karena sejak pertama kali ia membuka mata, Hera tak pernah mendapat kilasan ingatan apapun. Ia bertahan dan beradaptasi di dunia aneh ini dengan kemampuannya sendiri.

"Itu... itu karena aku sedikit lupa! Ya, ya! Aku memang melupakan beberapa hal setelah sadar dari hari mengenaskan itu." Yang Hera maksud adalah hari dimana ia jatuh kesakitan. Namun, yang Lukas pikirkan justru tragedi percobaan pembunuhan 3 bulan silam.

Mungkin Lukas terlihat abai pada Hera. Tapi sejatinya dia tetaplah seorang suami yang tidak akan membiarkan istrinya terluka dan malam keji itu berhasil menggores harga diri seorang Lukas. Diingatkan kembali oleh Hera membuat Lukas semakin ingin segera menebas dalang dari percobaan pembunuhan itu.

"Sihir apa yang ingin kau pelajari?" Lukas bertanya. Untuk sekarang ia harus fokus pada persiapan perang dan juga memenuhi keinginan wanita keras kepala ini atau Hera akan terus merecokinya.

Hera tersenyum lebar. Ia segera beringsut mendekat lalu duduk disamping Lukas yang langsung merengkuh pinggangnya, memeluk Hera.

"Pertama-tama ajari aku cara berpindah tempat - ah jangan! Ajarkan aku dulu menghilangkan itu."

Lukas mengikuti arah tunjuk Hera. Ia tersenyum geli saat melihat jendela besar kamar Hera yang tertutup oleh tumbuhan rambat. Itu perbuatan Lukas dan pria ini tak berniat untuk memperbaikinya.

"Aku benar-benar rindu jendela besarku."

"Dan itu artinya kau akan membuat malam-malam kita menjadi tontonan gratis orang lain."

Hera mengerjap lalu menekuk wajahnya tidak suka. Ah... perkataan Lukas ada benarnya juga. Mungkin pemilik tubuh asli tidak pernah memikirkan hal tersebut jika mengingat bagaimana perilaku Lukas padanya.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang