Benar-Benar Pergi

36.7K 2.9K 508
                                    

Jadi akhirnya begini? Hera tersenyum miris mengasihani dirinya sendiri. Harusnya Hera belajar dari pengalaman bahwa nasib buruk selalu menyertainya saat ia menyatakan isi hatinya. Harusnya Hera tidak pernah bermimpi bisa memiliki kisah cinta seperti pasangan lainnya. Harusnya Hera tidak pernah berharap bisa bahagia.

Bunyi retakan tembok dan guncangan pada lantai yang ia pijak tidak membuat Hera bergeming.

Bahkan ketika tiang besar didekatnya perlahan mulai condong dan akhirnya ambruk kearahnya Hera masih saja diam. Tubuhnya seperti raga tak bernyawa saat Antoni melompat meraihnya kedalam dekapan pria itu.

"Jangan melamun!" sentak Antoni.

Ia menarik Hera untuk keluar dari dalam aula. Terus berlari melewati koridor istana yang kacau dan baru berhenti di depan gerbang besi berwarna putih dengan tanaman rambat yang menjalar melilit menutupi sebagian permukaan gerbang.

"Yang Mulia Ratu!" Antoni meraih bahu Hera agar wanita itu menghadap kearahnya lalu mengguncangnya keras ketika Hera tak juga bereaksi.

Wanita itu hanya menatapnya kosong. Ia masih tersenyum bahkan saat air mata mulai jatuh membasahi pipi.

Antoni bergerak, menarik tubuh mungil itu kedalam dekapan. Dapat ia rasakan bahu Hera berguncang hebat. Wanita itu menangis sembari mencengkram kuat baju Antoni.

"Kenapa..." Hera bertanya disela tangisnya.

"Kenapa semua harus berakhir seperti ini?" Dadanya sesak. Beberapa hari yang lalu hatinya penuh dengan harapan bisa hidup bahagia bersama Lukas. Memiliki anak dan menua bersama.

Tapi bahkan mendengar kata cinta dari bibir pria itu saja ia tidak sempat. Justru kalimat menyakitkan berisi penolakanlah yang membekas dan kini terus terngiang dikepala.

Antoni tidak juga membuka suara. Hanya tangannya yang bergerak mengelus helai rambut Hera. Berharap tindakannya bisa mengurangi sakit perempuan didalam dekapannya juga mencoba untuk menekan rasa bersalah yang mulai memenuhi dada.

Andai bisa Antoni memutar waktu, sungguh ia tidak akan berani menyakiti perempuan ini. Melihat betapa hancurnya Hera membuat Antoni ikut merasakan sesaknya karena berpikir bahwa ia juga turut menyumbangkan luka.

Malang sekali perempuan ini. Sepanjang ingatan Antoni tak pernah menemukan cacat pada Hera. Ia tumbuh dari keluarga terhormat, menjalankan tugas sebagai seorang ratu dengan sangat baik juga mencintai sang suami dengan sepenuh hati. Namun semesta seakan tidak melihat segala kebaikannya. Perempuan ini pada akhirnya kehilangan segalanya. Keluarga, tahta juga cinta.

Haruskah Antoni membiarkan Hera sekali lagi menerima nasib buruknya, menjadi persembahan untuk keselamatan perempuan lain. Apakah Antoni tega sekali lagi melihat perempuan ini kehilangan kebahagiaan?

Pandangannya turun menatap perut datar Hera. Jika Antoni tetap menjalankan perintah Stefan maka bukan hanya nyawa, tapi Hera juga akan kehilangan calon bayinya.

"Yang Mulia Ratu..." Antoni mengurai pelukan. Diusapnya pipi yang basah itu dengan tangan.

"Aku meminta maaf untuk semua kesalahan yang pernah ku perbuat," ucap Antoni.

Hera mengarahkan pandangan menatap tepat kearah matanya.

"Dan untuk sesuatu yang nantinya akan aku lakukan." Pria itu menarik tangannya menjauh lalu mengambil satu langkah kebelakang.

"Aku diperintahakan untuk membawamu ke kuil dan menjadikanmu tumbal persembahan."

Hera tercekat mendengarnya. Sekarang apa lagi? Tidakah semesta memberinya waktu barang sebentar saja untuk menyembuhkan hati baru setelah itu mengirim luka lagi.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang