Perempuan Di Bawah Hujan

46.3K 2.9K 141
                                    

Hera dan William masih berjongkok mengintip sepasang manusia yang bergerak saling memuaskan diri. Pasangan itu tidak sadar jika perbuatan mesumnya sedang diintip oleh dua orang paling penting di kerajaan.

William berdecak kagum. "Dayang itu sepertinya memang pandai memuaskan laki-laki."

"Itu karena jerih payah kakak mu yang melatihnya siang dan malam." Hera balas berbisik.

"Apa yang ini juga tidak boleh aku ceritakan pada Kak Lukas?"

Hera berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Rahasiakan saja. Ini bukan urusan kita."

William menoleh kearah Hera dan menatap perempuan ini dengan kecewa. "Aku mulai merasa kasihan pada Kak Lukas. Bagaimana bisa dia memiliki istri seperti mu."

"Aku kenapa?" Hera bertanya bingung. "Aku cantik, seksi dan tidak pernah berselingkuh. Justru aku yang merugi memiliki suami seperti Lukas."

"Kau baru saja menciumku."

"Itu karena aku sedang membantumu. Dan kecupan seperti itu tidak dihitung selingkuh. Yang dinamakan selingkuh itu ya yang seperti disana." Hera menunjuk sebuah ruangan yang pintunya tidak tertutup dengan benar. William merengut tapi tetap mengangguk setuju.

"Benar kan kataku. Pasti hari itu meraka juga melakukan ini." William memicingkan mata mencoba melihat dengan jelas laki-laki diseberang sana yang tengah mengancingkan baju. Pria itu berdiri membelakangi William dan Hera namun dari potongan rambut dan postur tubuhnya jelas itu bukan Lukas.

"Benar-benar tidak tahu diri!" William mendengus. Entah apa yang membuat Kakak nya begitu menggilai Arumi. Kira-kira bagaimana reaksi Lukas saat tahu bahwa kekasih kesayangannya ternyata bermain curang dengan sahabatnya sendiri. Pastilah Lukas akan memenggal dua manusia itu dengan pedangnya.

"Apa semua akan baik-baik saja? Aku pikir kita harus melaporkannya pada kakak." William menatap Hera dengan cemas. Bagaimanapun dia tidak ingin Lukas dibodohi terus menerus.

"Memang apa yang akan terjadi kalau kita merahasiakannya? Biarkan saja, toh bukan urusan kita."

"Aku takut kau akan menyesalinya, Ratu."

"Tidak akan!" Hera menjawab tanpa ragu. Ia kemudian beranjak berdiri saat Arumi dan kekasih gelapnya telah pergi. Hera menepuk pelan bagiab bawah gaunnya yang sedikit kusut. Harusnya mereka tidak perlu sampai berjongkok karena meskipun berdiri, pilar besar istana tetap akan menutupi mereka.

"Aku benar-benar butuh mandi." Hera mengeluh merasa lengket pada tubuhnya.

"Kau pergilah sampaikan pada Lukas kalau aku akan menemuinya nanti malam."

"Baiklah. Apa aku perlu mengantar Ratu kembali ke kamar?" tawar William. Ia merasa bersalah saat melihat wajah Hera yang terlihat pucat. Padahal beberapa saat lalu perempuan ini begitu antusias mengintip aktivitas seksual orang lain.

Hera menggeleng pelan. "Tak usah. Kau pergilah dan sampaikan pesanku tadi."

William patuh. Ia lantas pamit undur diri meninggalkan Hera yang mulai meringis kesakitan sembari meremas dadanya yang terasa sesak.

"Akh!"

Bertumpu pada pilar, Hera berusaha agar tetap berdiri tegak. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi. Rasanya begitu menyiksa. Hera bahkan tidak mampu bernafas dengan benar. Tubuhnya lemas dan keringat dingin mulai keluar dari pori-pori. Ini lebih menyakitkan dari sakit beberapa hari yang lalu dan Hera sungguh tidak mengerti dari mana asal sakit ini.

Menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Hera terus melakukan itu sampai rasa sakit didadanya perlahan mulai menghilang. Hera menghela nafas lega.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang