Angin berhembus menerpa obor hingga apinya bergoyang menciptakan siluet seorang pria yang sedang duduk dipinggir ranjang menatap wajah teduh wanitanya yang tertidur nyenyak. Jari kekar pria itu mengelus pipi Hera, merekam rasa untuk mengobati rindu yang membelenggu selama bertahun-tahun.
Heranya tidak banyak berubah. Dia masih secantik saat pertama kali mereka bertemu. Masih seindah yang ia ingat. Pria itu menunduk, mencium lama dahi sang wanita.
"Bangun, sayang, aku ingin melihatmu," bisiknya.
Hera melengguh terusik dengan kehadiran sang pria yang setia menunggunya membuka mata. Hera mengerjap mencoba menghilangkan kantuk. Saat matanya bertemu dengan sepasang mata cokelat nan teduh itu, Hera langsung terbelalak tidak percaya.
"Sayang."
Hera menarik tubuhnya duduk tegak didepan sang pria dengan tangan kanan memegang erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Mulut Hera terbuka namun tak sanggup mengucap sepatah kata. Bahkan saat tubuhnya direngkuh dan dipeluk erat, Hera masih saja bergeming. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihat.
"Aku merindukanmu, sayang." Pria itu berbisik lirih, menciptakan getar yang tak bisa Hera kendalikan.
"Stefan..." Hera memanggil dengan ragu, sangat-sangat ragu.
"Ya, sayang. Ini aku, Stefan mu, kekasihmu." Stefan mengeratkan peluk. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang kekasih lalu menghidu wangi yang menjadi candu baginya. Ia telah menunggu datangnya hari ini. Hari dimana Heranya kembali kedalam pelukannya dan Stefan bersumpah tidak akan melepasnya lagi.
"Ba-bagaimana bisa?" tanya Hera setelah kembali mendapatkan kesadaran. Hera mendorong dada Stefan hingga pria itu mengurai pelukannya.
"Bagaimana bisa kau ada disini?!"
"Aku merindukanmu, sayang." Stefan melingkarkan tangannya dipinggang Hera dan menarik wanita itu kedalam pelukannya.
Hera memberontak, mendorong lagi dada bidang Stefan. "Apa yang terjadi disini, Stefan. Bagaimana bisa kau hidup kembali?!"
"Apa maksudmu, sayang? Aku belum mati dan tak akan pernah mati." Stefan menyentak tubuh Hera, memeluknya dengan paksa. "Tidak ada yang bisa membunuhku. Aku akan hidup selamanya bersamamu."
"Stefan lepaskan aku!" Hera memberontak.
"Tidak akan. Aku tidak akan melepaskanmu! Ayo, sayang, kau harus ikut bersamaku!"
"Hera, ikutlah denganku. Ayo mati bersamaku."
Tubuh Hera membeku. Suara Herania kembali memenuhi kepalanya. Dia datang seperti lonceng kematian yang membawa rasa takut dan cemas. Tubuh Hera bergetar, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
"Tidak! Aku tidak akan pergi."
"Kenapa? Apa kau masih membenciku? Kau masih belum bisa memaafkan ku?"
Hera menggeleng panik. Fokusnya benar-benar hilang. Kini yang ada dalam pikiran Hera hanyalah sosok Herania yang tengah tersenyum dengan tangan terulur kearahnya, berusaha menghasut Hera agar ikut mati bersama.
"Kau tidak akan bisa membawaku pergi! Aku akan disini. Aku tidak akan pernah ikut denganmu! Dengar! Aku tidak akan pernah ikut denganmu. Aku... aku tidak mau mati bersamamu!" Hera tersengkal hebat. Jantungnya berdetak kencang ketakutan.
"Sayang, hei! Lihat aku!" Stefan menangkup wajah Hera agar wanita itu berhenti menggeleng dan hanya menatap kearahnya.
"Aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku akan menjagamu dengan baik. Aku mencintaimu, Hera."
Suara Stefan menyentak kesadaran Hera. Buru-buru Hera menggenggam tangan Stefan yang ada diwajahnya dengan tangannya yang tidak memegang selimut. Hera mendongak, menatap pria itu dengan rasa lega luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LADY (END)
RomanceHera bermain api dengan suami dari sahabat baiknya. Suatu hari setelah hari laknat itu dia tertimpa musibah dan terbangun diraga yang berbeda. Hidup Hera berubah 180 derajat. Hera yang angkuh, sombong dan licik justru terjebak didalam tubuh seorang...