Perempuan Murahan

52.2K 3K 255
                                    

"Kakak Ipar!"

Hera berbalik badan dan mendapati Pangeran William berjalan kearahnya dengan senyum lebar. Mata pangeran itu bahkan sampai menyipit menunjukan betapa lebar senyumannya.

"Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu!" Hera kembali melangkah mengabaikan William yang kini berjalan mengekori.

"Ku dengar Kakak Ipar sedang sakit."

"Sudah sembuh!" Hera menjawab ketus. Dia masih sebal pada adik suaminya ini.

"Yah...kenapa cepat sekali?" Pangeran William mendesah kecewa. Hera kontan saja melotot tidak terima. Apa maksudnya nada kecewa itu? Apa William mengharapkan Hera sakit berhari-hari?!.

"Padahal aku berniat menjengukmu."

Hera tidak menjawab. Dia hanya melangkah dengan anggun melintasi koridor istana. Para pelayan dan penjaga langsung menunduk hormat ketika berpapasan dengannya. Kabar bahwa sang raja menghabiskan malam dikamar Hera membuat penghuni istana berpikir bahwa raja telah jatuh cinta pada sang ratu. Hal tersebut membuat mereka berbalik memuja Hera. Takut membuatnya tersinggung dan berakhir ditiang gantung.

Mereka tidak tahu saja jika kini Hera sedang menahan kesal setengah mati. Lukas, pria tidak tahu diri itu pergi begitu saja setelah beberapa jam menumpang tidur didalam dekapan hangat Hera. Hera tentu saja tersinggung merasa dimanfaatkan. Ia seperti habis manis sepah dibuang.

"Ya Mulia Ratu."

"Duke Antoni, sedang apa kau disini?" Pangeran William bertanya menyela Hera yang baru saja akan membuka suara. Hera mendelik memperingati William agar diam. Dia sedang bersiap mengeluarkan rayuan maut untuk Duke Antoni yang tampan.

Namun, niat Hera kembali terintrupsi kini oleh kemunculan seseorang yang begitu asing dimatanya.

"Arumi." Hera menyapa ketika melihat Arumi keluar dari tempat yang sama tak lama setelah Duke Antoni.

Arumi yang berjalan menunduk sembari merapihkan pakaiannya yang sedikit kusut sontak langsung mengangkat kepala. Matanya melotot dan wajahnya berubah pucat ketika melihat Hera dan William berdiri didepannya. Buru-buru ia membungkuk memberi salam pada dua orang tersebut.

"Ah, kau habis bermain? Kenapa tidak mengajak ku?" Pangeran William melirik Arumi penuh minat.

"Padahal lebih asik bermain bertiga. Aku didepan dan kau dibelakang." ucapnya lagi, kini sambil terkekeh menepuk bahu Duke Antoni.

"Ku rasa kalian bisa mengajak Lukas juga. Wah pas sekali tiga lubang dan tiga batang kemaluan."

"Yang Mulia Ratu!" Arumi berseru tidak terima. Matanya berkaca-kaca ketika memberanikan diri mengangkat wajah dan menatap Hera.

"Aku tidak begitu, hiks..." isaknya. Arumi menutup wajahnya dengan tangan. Bahunya bergetar dan samar-samar terdengar isak tangis yang memilukan.

Tega sekali Hera mengatakan kalimat kotor seperti itu. Arumi tidak menyangka jika ratu yang dulu begitu ia kagumi karena kelembutan hatinya kini mampu menjatuhkannya dengan begitu hina. Apa karena ratu cemburu pada Arumi? Tapi Lukas kan memang kekasih Arumi. Ratu tidak berhak cemburu dan menyakiti Arumi seperti ini.

"Loh-loh kok nangis?" Hera memasang wajah khawatir yang justru terlihat seperti sedang mengejek Arumi. Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak menarik dan membenturkan kepala Arumi ke tembok saking kesalnya Hera padanya. Apa-apaan dia?! Enak saja bercinta dengan dua pria tampan incaran Hera disaat Hera saja belum bisa membuka kutukan perawannya.

"Ku rasa Yang Mulia Ratu dan Pangeran William salah paham." Duke Antoni akhirnya membuka suara. Dia tersenyum sopan ketika Hera dan William menatapnya tidak percaya.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang