Sinar matahari menyongsong dari ufuk timur. Bias cahayanya masuk kedalam sebuah kamar melalui celah-celah jendela dan lubang yang ada di tembok. Perempuan cantik berambut cokelat gelap itu melengguh puas karena mendapatkan tidur yang sangat berkualitas.
Ia mulai menyibak selimut yang menutupi setengah badannya. Memasukan dua kakinya ke sandal yang tersimpan rapi dibawah ranjang lalu mulai berdiri dan merenggangkan tubuhnya yang kaku.
Hera tersenyum ketika ia melangkah dan membuka jendela besar kamarnya. Aktivitas penduduk desa terlihat dari sana. Beberapa warga menyapanya dengan ramah tapi ada juga yang menatapnya iri.
Hera tersenyum saja sebagai jawaban. Bukan rahasia umum lagi jika wanita muda didesa ini tidak begitu menyukai keberadaan Hera. Apalagi kalau bukan karena takut suami mereka terpincut oleh kecantikan janda muda ini.
Suara ketukan pintu membuat Hera beranjak dari jendela.
"Selamat pagi, Nyonya," sapa seorang gadis muda berusia belasan. Ia adalah Laila, anak dari pasangan pelayan yang selama ini mengabdi padanya.
"Pagi, Laila. Kau sudah sangat cantik padahal matahari baru saja terbit." Hera berucap jahil menggoda gadis polos didepannya.
Ia selalu merasa terhibur dengan reaksi Laila yang langsung tersipu malu setiap kali menerima pujian. Gadis muda itu bahkan akan langsung menunduk dalam jika terus ditatap oleh seseorang. Benar-benar menggemaskan.
"Baiklah, jadi ada berita apa sampai kamu mengetuk pintu kamarku?"
Laila langsung memasang wajah melas. Tangan gadis muda ini saling meremas satu sama lain.
"Itu..."
Hera menunggu dengan sabar sembari menaikan satu alisnya.
"Nona kecil," Laila menggerakan kakinya tidak nyaman. "Nona kecil tidak ada dikamarnya."
Hera menghela nafas. Sudah menduga bahwa gadis kecilnya akan kembali berbuat onar setelah dua hari lalu pulih dari demam.
"Aku akan bersiap-siap dulu." Hera sudah akan menutup pintu saat Laila dengan wajah takut-takut menahan pintu agar terus terbuka.
"A-apa tidak sebaiknya kita langsung mencari nona kecil? Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya," ucap Laila sangat cemas. Kedua orang tuanya sudah terlebih dulu mencari keberadaan sang nona kecil. Dan Laila juga sudah tidak sabar untuk segera menemukan keberadaan nona kecilnya dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.
Tapi sepertinya jalan pikiran Laila tidak sejalan dengan Hera. Alih-alih merasa khawatir, ia justru bersikap santai. Teramat santai untuk ukuran ibu yang baru saja mendapatkan kabar bahwa anaknya yang baru berusia lima tahun telah hilang entah kemana.
"Percayalah, Laila, nona kecilmu itu pasti baik-baik saja. Jangan terlalu cemas." Dan setelah itu Hera menutup pintu kamarnya bersiap untuk mandi.
Ditempatnya berdiri Laila hanya bisa menghela nafas pasrah. Terkadang ia tidak bisa mengerti jalan pikiran sang nyonya.
Hutan itu lebat dengan pepohonan tinggi menjulang menutupi langit. Tapi ada beberapa tempat yang justru ditumbuhi bunga-bunga cantik. Zainora menamai tempat itu padang hijau milik Nora.
Tapi untuk sampai ke padang hijau Nora harus melewati jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon tinggi.
Dengan jubah bertudung merahnya Nora melangkah riang menyusuri hutan. Tangan kirinya memegang sebuah keranjang kecil berisi sarapan juga buku tebal yang ia curi dari perpustakaan rahasia ibunya.
Nora suka membaca. Terlebih lagi membaca ditengah hutan. Angin yang menerpa wajah mungilnya juga suara-suara serangga disekelilingnya selalu membuat Nora semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LADY (END)
RomanceHera bermain api dengan suami dari sahabat baiknya. Suatu hari setelah hari laknat itu dia tertimpa musibah dan terbangun diraga yang berbeda. Hidup Hera berubah 180 derajat. Hera yang angkuh, sombong dan licik justru terjebak didalam tubuh seorang...