PENYEMANGAT

147 22 15
                                    

Hal yang paling menyiksa,dan sungguh di rasa membosankan yaitu ketika kita merasakan penderitaan hingga menjadi penghuni rumah sakit terus-menerus,hal itu memang cukup membosankan,dan melelahkan rasanya ingin sekali secepatnya sembuh,dan tidaklah lagi merasakan penyakit-penyakit yang berat.

Telah lama mendiam di rumah sakit,dan menikmati rasa penderitaan,kini ahirnya Zoraida di izinkan pulang oleh dokter Bram.

"Alhamdilillah ahirnya lala boleh pulang,asiiiik!!"ucapan cerianya Zoraida.

"Iyaa alhamdulillah ya nak"sambung mamih Nahla.

"massyaallah anak umi yang cantip banget ahirnya boyeh puyang"umi Safira memainkan pipi Zoraida dengan gemas.

"Iyaa umii,horeeee!!"Zoraida bertepuk tangan sangkin gembiranya.

"Lala mau di gendong sama mas gak?"tawar gus Alzam.

Zoraida mengangguk.

"Yaudah ayoook"ajak gus Alzam.

Zoraida langsung bersiap merentangkan tangannya,dan gus Alzam pun langsung mengakat tubuh Zoraida dengan perlahan,dari bentuk gendongan belakang.

Umi Safira yang membawakan kursi roda Zoraida,dan mamih Nala beserta umi Sabil lah yang membawakan semua barang-barang yang ingin di bawa kembali ke kediaman.

"Mas Alzam kalo Lala udah sembuh Lala mau jalan-jalan sama mas Alzam"gumam pelan Zoraida yang langsung tertuju tepat di telinga gus Alzam,karena posisinya yang sedang di gendong belakang,dengan tangannya yang melingkari leher gus Alzam,dan juga kepala Zoraida yang agak di sandarkan ke atas bahu gus Alzam.

"Insyaallah yaa"jawaban halus dokter Bram.

"Mas Alzam gak jijik punya istri penyakitan kayak Lala?"tanya Zoraida tiba-tiba.

"Lala sendiri kenapa gak jijik punya suami penyakitan kayak mas?"gus Alzam mengembalikan pertanyaan.

"Mmmh??"ahirnya Zoraida terdiam,dan sudah mentok,dan ia akan berhenti tidak bertanya-tanya lagi.

"Hayooo??"masih menunggu apakah istrinya akan menjawab.

"Hihihihahaha"Zoraida hanya tertawa pelan.

Setelah sampai ke tempat mobil,Zoraida yang langsung secepatnya di turunkan dari gendongannya oleh gus Alzam,dan di letakannya di atas jok mobil dengan posisi yang di nyamankan oleh gus Alzam,"pegini udah nyaman belom?"tanya gus Alzam.

"Udah yang"

"Oke siap,otw yaa?,semuanya udah siap kan?"tanya gus Alzam sebagai pak supirnya.

"Udah Zam"jawab mamih Nahla.

"Udah kok"jawab umi Safira.

"Iya udah"jawab umi Sabil.

"Oke otw gas"ucap gus Alzam sembari memutarkan setirannya,dan menginjak pedali mobilnya.

Saat ini Zoraida masih di ragukan untuk berjalan biasa di karenakan saraf kakainya yang masih sakit itu dan juga sulit jika di bawa berdiri hingga berlama-lama,jadi dokter Bram sarankan bahwa ia sebaiknya sementara berjalan menggunkaan kursi roda.

Dan semoga saat ini hanya sementara saja Zoraida berjalan dengan kursi roda,dan jangan sampai selama-lamanya,kasihan sekali jika ia tidak bisa berjalan sempurna kembali seperti dulu,Zoraida yang mengalami kelumpuhan karena terjadi masalah pada saraf kakinya,sehingga ia harus merelakan untuk berjalan menggunakan kursi roda.

Di tengah perjalanan yang masih sangat jauh jarak perjalanannya dengan kekediaman Zoraida,dan juga gus Alzam.

"Laa"gus Alzam yang langsung membelai kepala Zoraida,dan menampakan senyuman manis.

Zoraida pilihan gus alzam  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang