A

865 116 9
                                    

Keesokan paginya Bella terbangun karna rasa mual yang teramat sangat, dengan cepat ia beranjak dari kasur dan terburu-buru ke kamar mandi. Ia bahkan tak sempat untuk menutup pintu kamar mandi dan pagi ini ia memuntahkan makanan yang ia makan semalam dengan rasa pahit sangat dominan di lidahnya. 10 menit ia berlutut di depan closet hanya untuk mengeluarkan seluruh isi lambungnya, kali ini adalah morning sickness-nya yang paling parah, ia bahkan sudah mengeluarkan air mata tanpa sadar. Setelah merasa tidak akan muntah lagi Bella segera mem-flush closet lalu bergegas membersihkan mulut, wajah dan tangannya. Tubuhnya sangat lemas karna tenaganya terkuras habis hanya untuk muntah.

Saat ia menatap cermin di atas wastafel ia kagetkan dengan keberadaan Liana di pintu yang menatapnya tak suka.

"Jika ingin muntah tutup pintunya, kau membuatku jijik mendengar suara muntahanmu." ucap Liana sarkas kemudian ia meninggalkan Bella tanpa menunggu respon apapun darinya.

"Maaf." lirih Bella pelan yang pastinya tidak di dengar oleh Liana.

Bella kemudian kembali menatap cermin dan melihat betapa kacau dan pucat penampilannya, sehingga ia memutuskan untuk mandi. Tak butuh waktu lama untuk mandi sekarang Bella sudah terlihat lebih segar dengan rambut hitam dan panjangnya yang masih basah. Bella segera turun ke bawah dan langsung menuju dapur setelah ia mencium aroma bawang putih yang di tumis lagi, ia tidak mau kejadian tadi terulang lagi, memang tadi pagi Bella muntah karna mencium aroma bawang putih yang di tumis.

Bella berjalan memasuki dapur dan melihat sudah ada setidaknya 4 macam makanan yang bisa dibilang sangat banyak untuk dinikmati saat sarapan. Biasanya orang-orang akan sarapan dengan cereal, roti, nasi goreng, atau apapun yang simple, namun untuk keluarga Aldebaran tidak. Bella melihat ada sepiring udang yang di tumis dengan butter, ada sosis, ada tumisan brokoli, telur mata sapi, dan sekarang Bella menatap Rani yang sibuk membersihkan aneka buah berry dan menaruhnya di sebuah mangkuk. Wajah Bella langsung berbinar saat melihat berbagai macam makanan.

"Oh, nona sudah bangun? Nona ingin minum sesuatu?" tanya Rani yang baru tersadar akan keberadaan Bella.

"Tidak apa Ran, aku bisa sendiri. Oh yah, yang lain belum bangun?"

"Sudah nona, tapi biasanya mereka baru akan turun jam 6 untuk sarapan." Bella pun memandang ke arah jam dinding di dapur yang sudah menunjukkan pukul 5.45, berarti sebentar lagi mereka akan turun.

"Apa masih ada yang bisa aku bantu?" tanya Bella pada Rani yang sibuk mengatur meja makan.

"Tidak ada nona, nona duduk saja." ujar Rani dengan sopan.

Bella pun duduk seperti titah Rani sambil memperhatikan makanan yang tersaji di depannya, perut Bella sudah ribut ingin diisi, namun ia masih tau diri harus menunggu tuan rumah terlebih dahulu. Alhasil Bella pun hanya bisa menikmati secangkir susu coklat yang di berikan Rani.

Tak lama Dean dan Liana tampak memasuki ruang makan, terlihat Dean sudah rapi dengan setelan kantornya sedangkan Liana tampak cantik dengan terusan panjang yang terlihat sangat elegan dipakainya, benar-benar seorang sosialita.

"Selamat pagi." ujar Bella dengan senyum manis diwajahnya.

"Pagi Bella, kau sudah bangun pagi seperti ini? Tidurmu tidak nyaman yah?" tanya Dean sambil duduk bersamaan dengan Liana.

"Tidak kok, aku tidur dengan baik, memang sudah terbiasa bangun pagi." jawab Bella dengan sopan. Sedangkan Liana hanya diam tanpa komentar apa-apa.

Tak lama Matteo turun juga dengan setelan kantor yang membuatnya terlihat sangat rapi. Wajah pria itu dingin saat melihat Bella ada di ruang makan. Matteo mendudukkan dirinya di depan Bella lalu menikmati sarapan yang ada di piringnya yang sudah di siapkan oleh ibunya.

Bellathea (Vrene lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang