Matteo sudah tiba di Tokyo Jepang dan langsung pergi menuju rumah sakit tempat Anastasha dirawat, tangannya terkepal kuat membayangkan hal-hal buruk apa saja yang menimpa kekasihnya disaat ia tak ada.
Saat sudah berada di ruang inap ia bisa melihat Anastasha sedang duduk sambil memandang kearah jendela.
"Sayang." Panggil Matteo dengan suara pelan dan mendekati Anastasha.
"Pergi kau." Usir Anastasha dengan tegas.
"Katakan padaku, ada apa?" Matteo semakin berjalan mendekat.
"Kau pembunuh." Ujar Anastasha sambil memandang nyalang mata Matteo.
"Ap.. apa maksudmu?"
"Kau, kau pembunuh, kau telah membunuh anakku, anak kita." Air mata Anastasha luruh langsung saat menyelesaikan kalimatnya.
"Ap..apa? Apa? Apa maksudmu? Apa maksudmu dengan aku membunuh anak kita?"
"Dokter mengatakan aku terlalu stress, terlalu kelelahan, dan tertekan hingga membuat bayi kita tidak bisa bertahan. Kau... kau lah penyebabnya Matteo, kau seorang pembunuh."
Matteo tertegun mendengar penjelasan dari Ana, ia akui 2 hari ini pikirannya sangat fokus pada Bella sampai melupakan Ana yang masih menjadi kekasihnya, Matteo tidak peduli anak yang dikandung Ana adalah anaknya atau bukan tapi mendengar bahwa Ana keguguran dan kehilangan bayi mereka membuat Matteo merasa bersalah. Katakanlah Matteo tolol, bajingan, brengsek dan pengecut karna sekarang dalam otak dan hatinya ia menyalahkan Bella atas kehilangan bayi yang dikandung Ana.
"Maafkan aku sayang." Ujar Matteo setelah diam beberapa saat.
"Kau, kau lebih memilih mementingkan wanita jalang itu dibandingkan aku, aku tau aku sering berjauhan denganmu tapi baru 1 hari ditinggal kau sudah kembali bersamanya yang lebih parah kau tidur dengannya." Anastasha masih menangis saat berbicara.
"Percaya padaku sayang, aku, aku tidak tidur seperti yang kau sangka dalam benakmu dengannya, waktu itu sudah terlalu malam jadi aku memutuskan untuk menginap disitu, kamar yang biasa aku gunakan tidak pernah dibersihkan dan terpaksa tidur disofa tapi kau tau sendiri aku sangat sensitif dan sulit tidur jika tidak menggunakan bantal dan selimut terlebih tidur disofa sangat tidak nyaman jadi aku memutuskan untuk tidur dikamarnya, tapi kau harus percaya padaku, aku tak melakukan sesuatu sedikitpun padanya, hanya tidur." Jelas Matteo tanpa menjelaskan bahwa ia tidur sambil memeluk Bella, tidak, Ana tidak boleh tau mengenai itu.
"Siapa peduli Matteo? Kau suaminya, lagi pula kau dan dia hanya berdua dikamar, tidak ada yang tau kau melakukan sesuatu padanya atau tidak." Sahut Anastasha yang masih tidak percaya dengan penjelasan Matteo.
"Sayang aku mohon percaya padaku, aku sudah memilikimu, tidak mungkin aku berselingkuh darimu."
"Tapi buktinya kau menikah dengannya."
"Kau sendiri tau bahwa itu hanya jebakan yang dibuat olehnya, kau tau kan dia pernah menyukaiku."
"Justru karna aku tau sebagaimana liciknya dia makanya aku bisa menuduhmu 'tidur' dengannya."
"Trust me babe, I didn't, I don't and I won't." Matteo berkata dengan tegas lalu ia berjalan mendekati brankar Anastasha dan merengkuh tubuh lemah kekasihnya dalam pelukannya.
Kali ini memang Anastasha tidak menolak pelukan yang diberikan Matteo karna itu yang memang ia perlukan sebuah sandaran, Anastasha semakin menangis dalam pelukan Matteo.
BELLATHEA
Pukul 6 pagi Bella baru terbangun, ia merasakan pening dikepalanya, mungkin karna ia kurang tidur padahal ia masih sangat mengantuk tapi tubuhnya secara otomatis sudah bangun. Bella mencium aroma makanan yang sedang dimasak, tiba-tiba ia merasa mual yang luar biasa, dengan langkah cepat ia turun dari kasur untuk saja ia tidak sampai jatuh saat selimutnya melilit kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellathea (Vrene lokal) - END
FanfictionBella, model dan selebgram muda yang harus berjuang untuk dunianya. Third story