A

831 120 14
                                    

Triple Up !

Matteo kembali ke ruang rawat VIP setelah puas memandang putri kecilnya dan terlihat Bella baru bangun dan sedang diperiksa oleh seorang dokter pria yang terlihat lebih tua darinya.

Mata mereka berdua saling berjumpa sebelum akhirnya Bella memutuskan tatapan mereka karna dokter Hendrik tengah berbicara dengannya.

"Apakah ada yang anda rasakan selain rasa sakit pada bekas operasinya?" tanya Dokter Hendrik, yang melakukan operasi pada Bella sebelumnya.

"Sedikit merasa pusing dan selalu mengantuk." Ujar Bella dengan pelan.

"Hanya perlu beristirahat, memang setelah operasi besar membutuhkan waktu istirahat yang lebih lama, tapi kemungkinan besar besok anda akan merasa lebih baik." 

Bella hanya menganggukkan kepala mendengarkan penjelasan dari dokter itu.

"Baiklah, jika begitu saya akan undur diri dulu agar anda bisa istirahat dengan baik. Selamat malam Nyonya Bella." Dokter Hendrik pun lantas mengundurkan diri dan ia baru menyadari keberadaan Matteo.

"Apakah tuan adalah suami dari nyonya Bella?" Tanya dokter Hendrik pada Matteo yang menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Silahkan menjenguk nyonya Bella terlebih dahulu setelah itu ada yang ingin saya sampaikan. Saya akan menunggu di ruangan, silahkan tanya saja pada suster atau bisa menyuruh Karina untuk mengantar anda ke ruangan saya, saya permisi dulu." Dokter Hendrik pun meninggalkan ruangan.

Karina yang merasa bahwa sepasang suami istri ini perlu waktu sendiri pun mengundurkan diri dan mengatakan akan menunggu di depan ruang rawat.

"Hi." Sapa Matteo yang mengambil kursi untuk duduk di samping Bella yang berbaring dibrankar.

"Hi." Bella menyapa kembali dengan suara yang lemas.

Dengan perlahan Matteo menggenggam tangan Bella yang terasa dingin entah karna ruangan yang memang lebih dingin atau karna Bella sedang gugup. Bella membiarkan Matteo menggenggam tangannya karna memang ia butuh, sudah 2 malam ia di rumah sakit sendirian dan hanya ditemani oleh Karina, rasanya begitu merasakan genggaman dari Matteo, ia langsung mellow dan ingin menangis.

"Thank you, I love you." Ujar Matteo dengan penuh cinta, ia bahkan mencium puncak tangan Bella yang ia genggam.

"Kau kemana saja? Aku sendirian." Luruh sudah air mata Bella.

"Maafkan aku." Hanya itu yang bisa Matteo katakan, mana mungkin ia mengatakan bahwa ia sengaja tidak menjawab panggilan Bella karna sedang merasa kesal.

"Aku takut, aku benar-benar sendirian." Bella menangis melupakan bahwa tangisannya bisa berimbas pada bekas operasinya yang mulai terasa nyeri dan membuatnya mendesis sedikit.

"Jangan menangis, istirahatlah, dokter bilang kau butuh banyak istirahat, tidurlah aku akan selalu ada disini, aku berjanji aku yang akan kau lihat saat kau membuka mata nanti, kau sudah tidak sendiri." Matteo mengelus puncak kepala Bella dengan sayang berusaha untuk menenangkan Bella juga menidurkannya. 

Hanya butuh waktu 5 menit untuk membuat Bella masuk ke alam mimpinya, Matteo pun menyempatkan mencium kening Bella sebentar sebelum akhirnya ia keluar untuk menemui Dokter Hendrik dengan bantuan Karina yang mengantarnya menuju ruangan dokter.

"Ah Tuan Matteo-kan? Silahkan duduk." Tanya Dokter Hendrik untuk memastikan.

Matteo menganggukkan kepala sebelum duduk di hadapan dokter Hendrik.

"Saya dokter Hendrik, dokter yang melakukan pengoperasian pada nyonya Bella."

"Apakah ada masalah?" Entah mengapa Matteo merasa was-was sekarang.

Bellathea (Vrene lokal) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang