Jika saja bunuh diri itu tidak salah, maka kamu akan melakukan nya sekarang juga. Menatap ke arah jendela dengan tatapan hampa dan terkesan kosong memang menjadi sebuah hobi baru mu mulai saat ini, entah lah sekarang tidak ada lagi tujuan hidup. Semua nya akan percuma saja, tidak ada hasil meskipun sudah berjuang sekuat mungkin.
Melihat ke segala arah untuk mencari sesuatu, entah apa tujuan mu untuk mencari benda. Yang pasti mungkin akan secepat nya, kamu merogoh laci meja di samping mu dan menemukan sebuah pisau lipat, tentu saja itu milik Jaemin yang entah lelaki itu meletakan nya di sana, sekedar menyimpan atau sebagai perlindungan ketika ada serangan mendadak.
Intinya kamu tidak perduli dengan alasan yang Jaemin buat tentang pisah lipat berada di sana, justru kamu punya keuntungan di sana bukan. Matahari akan terbenam sebentar lagi arti nya kurang hitungan menit Jaemin akan datang untuk menjemput mu ke meja makan untuk makan malam pastinya.
Seperti yang ia katakan sebelum nya, namun kamu tidak akan perduli. Memegang pisau itu, dan mulai menyayat kulit pergelangan tangan mu dengan perlahan. Seolah memang benar benar tidak merasakan apa pun, kamu melakukan itu dengan raut wajah datar tanpa ada nya perasaan sakit sama sekali.
Justru sebalik nya dan entah mengapa kamu malah tersenyum sekarang. Semoga Tuhan mau mengirimkan malaikat maut nya sekarang untuk menjemput mu, lagi pula kamu merindukan kedua orang tua mu saat ini. Kamu ingin melihat mereka dan memeluk mereka juga, melepaskan rindu yang sudah lama terpendam selama bertahun-tahun membuat mu semakin ingat betapa muak nya di dunia ini.
Darah menetes bersamaan dengan sayatan semakin dalam, bersamaan dengan suara pintu mulai terbuka. Dan cahaya matahari tak lagi menerangi, Jaemin masuk dan seketika ia.
" Apa yang lo lakuin hah?! " Jaemin berlari secepat mungkin dan merebut pisau yang kamu bawa, ia bahkan melemparnya ke segala arah tanpa berpikir panjang.
" Lo ngapain hah?! Mau mati lo? " Bukan nya menjawab ucapan Jaemin, kamu malah tertawa keras seperti orang yang hilang akal.
Membuat raut wajah Jaemin seketika berubah menjadi datar, menatap mu tajam bahkan tatapan nya tak lepas dari luka yang sekarang mengeluarkan darah yang sangat banyak. Ia tidak bodoh, kamu mencoba bunuh diri dengan cara itu kamu bisa bebas dari nya. Jaemin lantas menarik tangan mu dan mencari sebuah tali, melilitkan nya di pergelangan tangan mu menghambat darah keluar dari sana.
" Usaha yang bagus, tapi gw gak akan biarin lo mati sebelum gw bunuh lo langsung " Ucap nya dengan nada datar nya seperti biasa, ia akhir nya pasrah menelpon salah satu kenalan nya untuk mengobati mu.
Ia se berusaha mungkin agar kamu tetap diam di tempat tanpa melakukan apa pun, itu yang ia inginkan. Seolah kamu adalah hewan peliharaan yang harus selalu menurut dengan majikan nya. Namun kamu tidak akan mau, tentu saja. Siapa yang mau di anggap sebagai hewan? Siapa?
' Lo gak akan pernah ngerti kenapa gw bawa lo ke rumah gw '
•••
Jaemin menunggu, tentu saja ia akan mengawasi seberapa jauh pria berseragam medis itu menyentuh milik nya. Hanya boleh ketika ia ijinkan saja, jika tidak mungkin saja kampak nya akan melayang kemudian menebas kepala dokter itu, bergantung bebas.
" Mungkin pemulihan nya agak lama, karena luka nya terlalu dalam " Jelas nya dan mulai bangkit dari tempat duduk nya, ia agak kaku ketika berhadapan langsung dengan pemuda yang berada di belakang nya menatap tajam seolah benar benar mengikuti kemana pun ia bergerak.
" Bagus, lo boleh pergi dari sini " Ujar Jaemin acuh tak acuh, ia bahkan tak melepaskan pandangan nya dari gadis yang kini hanya menunduk menatap ke bawah dengan tatapan kosong.
Tatapan itu bahkan tidak pernah sama sekali Jaemin lihat, tatapan berbeda ketika bersama nya. Ia merasa dirinya adalah manusia paling berdosa di mata mu, sedangkan kamu bersama Jeno. Entah lah tatapan seolah sangat menyenangkan bersama lelaki berdarah Eropa itu. Membuat Jaemin semakin iri dengan segala hal, Jeno bisa mendapatkan semua nya. Kenapa dirinya tidak pernah?
Sepupu nya itu selalu membuat nya merasa paling bawah, semua orang membanding banding kan dirinya bersama Jeno. Entah dari segi pintar akademik atau segala nya, Jaemin benci sekali di banding bandingkan seperti itu. Tetapi tenang saja, orang yang dulu membanding bandingkan dirinya dengan sepupu nya itu sudah menyatu dengan tanah yang berbeda. Kalian paham?
" Mau bunuh diri buat lepas dari gw? Ide bagus, tapi murahan " Kamu menatap nya tajam seolah menantang nya untuk melakukan sebuah pertarungan lagi.
" Lo gak akan bisa halangin gw buat pergi "
" Tentu aja bisa, ini wilayah gw. Pergerakan lo semua gw tau, jadi.. Mungkin lo bakal kalah lagi " Ucap Jaemin seraya memasang wajah datar, namun seketika wajah itu berubah menjadi sendu. Entah itu benar benar ekspresi nya atau hanya sebuah kepalsuan yang biasa ia tunjukan.
Jaemin mengusap rambut mu dengan lembut dan seolah ia menyalurkan sebuah perasaan yang mungkin lama ia rasakan. Pertama kali nya ia merasakan semua ini, ia termakan oleh perkataan nya sendiri.
" Lo itu punya gw, hak milik gw gak akan bisa keluar dari wilayah gw. Meskipun lo berusaha nembak kepala lo sendiri, gw juga gak akan biarin lo mati dengan cepat. Lo paham, dear? Lo punya gw, bukan punya siapa pun termasuk Tuhan mu terlebih lagi. Lee Jeno itu... "
KAMU SEDANG MEMBACA
MYSTERIOUS | Na Jaemin × You ( On Going )
Fanfic" 𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧, 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐭𝐮𝐠𝐚𝐬 𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢 𝐥𝐚𝐤𝐬𝐚𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 " Kisah seorang Na Jaemin yang masih menjadi misteri dunia. Dan meninggalnya pu...